Kamis, 26 Maret 2015

BAKUDUNG BATIUNG TRADISI DAYAK GA'AI, BERAU, KALTIM



RITUAL BAKUDUNG BATIUNG

Saprudin Ithur.
Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Berau

Tradisi adat yang dikenal dengan upacara adat di Kabupaten Berau cukup banyak. Hampir semua kampung memiliki acara semacam upacara adat. Didaerah pantai dan pulau yang dihuni suku Bajau misalnya, ada upacara adat Bag Pakan Lahat, Bag Jin, dan Buang Naas yang dikenal juga dengan Bag mandi-mandi. Suku Dayak wilayah pantai yang mendiami kampung Teluk Sumbang, kampung Ampen Medang, kampung Lobang Kelatak, kampung Tembudan, kampung Capuak, kampung Dumaring, kampung Biatan, kampung Bapinang, kampung Tabalar, kampung Suwaran ada upacara Pesta Panen, pengobatan tradisional yang dikenal dengan Belian, Buang Panas. Begitu pula suku Dayak yang mendiami daerah pedalaman sungai Kelay dan sungai Segah.
Di sepanjang pesisir sungai Kelay orang Dayak tinggal di kampung Bena Baru, kampung Inaran, kampung Tumbit Dayak, kampung Long Lanuk, kampung Nyapa Indah, kampung Merasa, kampung Lesan Dayak, kampung Merapun, kampung Merabu, kampung Mapulu, kampung Panaan, kampung Long Gie atau kampung Long Beliu, kampung Long Boy, Long Pelay dan Long Sului, ada acara adat menugal, pesta panen, Bakudung Batiung, pengobatan, upacara mengambil madu, upacara bakar lemang.  Di sepanjang sungai Segah orang Dayak tinggal di kampung Lamin, kampung Si Duung dan didalam sungai Siduung, kampung Tepian Buah, kampung Punan Melinau, kampung Long Ayan, kampung Long Ayap, kampung Long Laai, kampung Punan Mahkam, dan kampung Long Okeng atau Punan Segah, ada upacara menugal, pesta panen, pengobatan tradisional, mengambil madu, dan perkawinan.
Suku Berau atau Banua yang mendiami disekitar kecamatan Tanjung Redeb, Kecamatan Gunung Tabur, kecamatan Teluk Bayur, dan kecamatan Sambaliung ada upacara adat buang naas, palas banua, mendirikan rumah, manurunkan perahu, baturunan, pengobatan, adat perkawinan, mandi-mandi kawin, mandi-mandi tujuh bulan, dan pemberian nama. Semua upacara itu masih ada di masyarakatnya masing-masing, ada yang berkembang terus, ada yang hanya digelar sewaktu-waktu saja, ada pula yang pelan-pelan tergerus dan semakin ditinggalkan.
Upacara-upacara adat tersebut ada yang sudah dipopulerkan, sudah sering dilaksanakan dan dihadiri masyarakat luas dan media nasional, tetapi sebagian besar masih belum dikenal masyarakat luas. Misalnya upacara adat yang dilakukan masyarakat kampung Lobang Kelatak yang mereka sebut dengan Buang Panas. Dilaksanakan setelah panen padi gunung selesai, semua hasil panen sudah disimpan dilumbung atau dirumah masing-masing. Dengan hasil panen melimpah masyarakat Dayak Datah Manik Lobang Kelatak mengadakan acara syukuran dengan berkumpul ditempat yang telah ditentukan, biasanya dirumah adat yang sangat sederhana. Disana mereka berkumpul memasak nasi biasa dan nasi ketan, memasak daging, ikan, dan sayur, dan membakar lemang yang mereka sebut Gupuk. Pada puncak upacara, tokoh adat menyiramkan air kekaki semua yang hadir ditempat tersebut yang disebut mereka dengan Buang Panas itu. Upacara adat Bag Mandi-mandi masyarakat Bajau di pulau Manimbora, dikenal juga dengan buang sial. Dilaksanakan pada bulan Safar. Ratusan orang datang dan berkumpul di pulau Manimbora untuk bersama melakukan ritual buang sial, ditutup dengan acara makan-makan. Acara Buang Panas di Kampung Lobang Kelatak dan Buang Sial di Pulau Manimbora, keduanya berada di Kecamatan Batu Putih. Ada lagi upacara adat Pesta Panen Kampung Dayak Biatan cukup meriah, sayangnya pihak kecamatan masih belum berupaya mempopulerkannya. Akhirnya acara mereka hanya terbatas pada upacara adat kampung mereka saja dan sampai hari ini belum popular, belum dikenal masyarakat luas. Apabila kegiatan tersebut dikemas dengan baik, tidak menutup kemungkinan bisa dijadikan salah satu kalender wisata yang harus dikunjungi. Untuk mempopulerkan acara tersebut tidak hanya mengundang masyarakat luas dan para pejabat Kabupaten Berau, tetapi lebih ditingkatkan dengan mendatangkan media elektronik, media cetak, dan media.com lokal maupun nasional.
Yang sudah populer dan dikenal masyarakat luas antara lain Buang Naas di Talisayan, Bag pakan Lahat, Bag Jin, dan Bag Mandi-mandi di Tanjung Batu, Pesta Meja Panjang di Kampung Merasa, Pesta Panen di Kampung Long Beliu, Manguati Kampung di Gunung Tabur, Pesta Adat Kampung Babanir Bangun, dan Bakudung Batiung di Kampung Tumbit Dayak
Upacara-upacara tersebut diatas masih dilakukan dan dilaksanakan masyarakat Berau yang mendiami pesisir pantai dan pulau-pulau, penduduk yang mendiami sepanjang pesisir sungai Berau, sungai Segah dan sunga Kelay. Salah satu upacara adat yang ada dipedalaman sungai Kelay yang masih dilaksanakan dengan meriah adalah Bakudung Batiung suku Dayak Ga’ai dikampung Tumbit Dayak.
Bakudung adalah salah satu upacara adat suku Dayak Gaai. Dalam bahasa orang Dayak Ga’ai yang berarti Selamatan atau syukuran. Lebih luas lagi adalah selamatan kampung, selamatan keberhasilan, selamatan panen padi dan lain-lain. Biasa bagi suku Dayak Gaai, Bakudung dilaksanakan adalah  merupakan kegiatan mensyukuri hasil panen yang melimpah. Setiap tahun apabila panen padi, panen hasil kebun, buah-buah jadi, maka dilaksanakan upacara Bakudung itu. Acaranya biasanya dilakukan selama tujuh hari tujuh malam.
Ada hal yang perlu mendapat perhatian khusus, dan harus mengerti semua pengunjung yang datang pada upacara bakudung, selama pelaksanaan sedang berlangsung selama tujuh hari tujuh malam itu, sejak dimulainya upacara Bakudung sampai dengan selesai, semua orang yang berada dalam kampung tidak boleh keluar kampung atau meninggalkan kampung. Berdasarkan adat apabila dalam pelaksanaan Bakudung ada orang yang meninggalkan kampung adalah penghinaan bagi kampung yang melaksanakan upacara Bakudung. Kalau juga bersikeras dan keluar dari kampung yang sedang bakudung,  yang bersangkutan ditangkap dan disidang secara adat, orang yang melanggar adat tersebut dikenakan denda berdasarkan adat. Oleh karena itu jangan main-main dengan acara Bakudung, kalau tidak ingin mendapat denda secara adat. Dendanya cukup mahal, pertama dipermalukan dihadapan persidangan, karena dianggap orang yang tidak tahu adat tidak menghormati upacara bakudung, kedua denda dengan membayar sebuah gong. Pada zaman dulu gong adalah benda langka yang sulit dicari dan kalau sudah tua gong tersebut dikeramatkan, makanya harganya menjadi sangat mahal. Kalau sekarang digantikan dengan uang sampai ratusan juta rupiah. Waw sangat pantastis……
Batiung adalah ucapan syukur bagi seorang pemuda yang sudah menyelesaikan tugas mulia setelah melewati ujian berat, harus tinggal di rumah khusus yang disebut dengan “SUNTA”. Selama tinggal di rumah sunta, para pemuda digembleng dan dilatih berbagai keterampilan seperti terampil dalam menggunakan sumpit, tumbak, mandau dan perisai sebagai tameng pertahanan baik untuk kepentingan sendiri, berburu maupun kepentingan untuk berperang. Para pemuda yang ada dalam sunta juga di bina untuk terampil membuat dan menganyam tikar, anjat, mengukir, selain itu belajar kesaktian. Kegiatan tersebut adalah untuk kehidupan masa depan sang pemuda.
Selama tinggal di Sunta para pemuda tidak boleh menyentuh wanita, tidak boleh makan daging, tidak boleh makan ikan Pallau.  Menurut  orang suku Dayak Ga’ai, ikan pallau itu adalah ikan jinak dan ikan bodoh sedunia, makanya tidak boleh dimakan. Nanti menjadi manusia yang gampang dipengaruhi manusia lain dan menjadi bodoh, tidak mau maju dan tidak mau berubah.  Mereka para pemuda dalam rumah sunta hanya makan nasi putih setengah masak tanpa apa-apa, tanpa lauk pauk (istilah lain mutih). Mereka dilatih untuk hidup prihatin dan hidup sengsara, agar nanti dalam kehidupan dimasa depan memiliki kekuatan, pendirian, tabah, membantu yang lemah dan tidak sombong.

Setelah beberapa lama dilatih dan dibina, para pemuda itu kemudian dilepas untuk mencari kepala atau yang dikenal dengan “mengayau”. Apabila sudah mendapat kepala, dengan bukti kepala dibawa pulang ke kampung, maka pemuda tersebut lulus dalam ujian terakhir. Ia dianggap sebagai pemuda yang gagah berani, dewasa dan berhak memakai cancut hitam serta berhak memilih pasangan hidup untuk berketurunan, ditandai dengan di-tiung atau ditato dibagian tubuhnya.
Cancut hitam dapat dikenakan seorang pemuda apabila sudah menyelesaikan berbagai persyaratan yang sangat berat, diantaranya adalah harus tinggal di rumah khusus yang disebut dengan “SUNTA”. Selama tinggal di rumah atau sunta itu, para pemuda digembleng dan dilatih berbagai keterampilan seperti terampil dalam menggunakan sumpit, tumbak, mandau dan perisai sebagai tameng pertahanan baik untuk kepentingan sendiri, berburu maupun kepentingan untuk berperang. Para pemuda yang ada dalam sunta juga di bina untuk terampil membuat dan menganyam tikar, anjat, mengukir dan lain-lain. Kegiatan tersebut adalah untuk kehidupan masa depan sang pemuda.
Batiung yang sangat dikenal di kalangan suku Dayak, khususnya suku Dayak Ga’ai. Hubungan dengan mengayau atau mengambil kepala itulah maka orang Dayak dikenal dengan Orang Dayak Makan Orang.
Sunta adalah rumah adat tinggi dan besar yang dibuat khusus untuk melatih para pemuda agar siap menempuh hidup dimasa depan, menjadi manusia yang sosial, mandiri, kuat, tangkas, bertanggung jawab, pekerja keras, dan pemberani.
Sedangkan Cancut hitam adalah kain hitam yang panjangnya lebih satu meter yang diikatkan diantara selangkangan paha dan kemudian diikat melingkari pinggang sebagai pengganti celana untuk menutup kemaluan para pemuda. Cancut hitam baru boleh dikenakan apabila para pemuda sudah menjalani ritual dan pelatihan dan pembinaan di rumah sunta dan terakhir mampu mengayau dengan membawa pulang kepala manusia.
Masih ada tahapan lagi yaitu dibuktikan dengan sidang adat yang membenarkan, kepala itu benar-benar hasilnya sendiri dalam mengayau, kemudian diadakan upacara adat Batiung dengan memberi tato pada bagian tubuh pemuda, kemudian dirayakan dengan tarian jiek melingkar mengelilingi tiang tempat menggantung kepala. Dengan demikian pemuda itu sudah lulus dan dewasa, sudah boleh mencari pasangan hidup.
Upacara Bakudung dan Batiung itu sebenarnya upacara ritual yang berbeda dan terpisah, kemudian hari secara serimonial dilaksanakan menjadi satu yaitu upacara Bakudung Batiung, sebagai upaya pelestarian budaya Dayak Ga’ai. Acara Batiung khususnya mengayau atau mengambil kepala sejak lama, sejak Belanda masuk ke kerajaan Berau sudah dilarang dan tidak dilaksanakan lagi. Oleh karena itu masyarakat Dayak Ga’ai saat ini berupaya untuk mengangkat kembali kebudayaan lama tersebut, agar diketahui oleh anak-cucu keturunan mereka. Bukanlah sebuah kebanggaan, mereka zaman dahulu sebagai pengayau atau pemotong kepala, tetapi lebih kearah sebuah acara serimonial sebagai upaya pelestarian kebudayaan Dayak. Pemerintah Kabupaten Berau sangat berterima kasih, dan sekaligus mendorong agar kegiatan upacara Bakudung Batiung itu dapat dilestarikan dan dipertontonkah kepada masyarakat luas, tidak hanya pada masyarakat Dayak saja.
Urutan upacara Bakudung Batiung tersebut sebagai berikut :
1.    Lam Lu’ ( menyambut Batiung ). Menyambut kedatangan para pemuda ditepi sungai Kelay yang telah selesai melaksanakan  tugas beratnya mengambil kepala yang dikenal dengan  mengayau.
2.    Penyambutan para pemuda itu dilanjutkan dengan sidang adat sebagai pengakuan para pemuda yang berhasil mengambil kepala.
3.    Dilanjutkan dengan di-“Tiung” atau ditato dibagian tubuh pemuda yang telah mendapat pengakuan sidang adat, menandakan mereka sudah dewasa dan boleh memakai cancut serta memilih wanita sebagai pasangan hidupnya. Yang  di-tiung tersebut bukan hanya para pemuda yang berhasil mengayau, para gadis juga ditiung atau ditato sebagai pengakuan gadis dewasa dan boleh dipilih para pemuda sebagai pasangan hidup.
4.    Jak Gai. Setiap tamu yang baru masuk kampung diharuskan menginjak besi/parang ( Jak Gai ) sembari berdoa, parang itu diletakkan  oleh ketua adat atau keturunan raja-gaja Gaai dilantai/tanah dengan bersamaan memegang telur ayam kampung, beras, dan besi yang telah disiapkan. Pertanda tamu atau orang yang baru datang/masuk kampung itu boleh kemana saja, telah mendapat ijin tetua-tetua adat..
5.    Gehnyan Tul ( memberi makan ). Makan nasi putih walaupun sedikit sebagai syarat yang disuguhkan oleh seorang wanita tetua kampong keturunan raja-raja. Dengan demikian maka tamu atau orang yang baru datang atau masuk kampung tersebut boleh makan apa saja yang telah disediakan, dengan melakukan ritual tersebut, mereka tidak sakit, seperti sakit perut, sakit kepala.
6.    Khusus suku Dayak Ga’ai Tumbit Dayak ada upacara melakukan Ritual Kepala Tua. Kepala Tua itu terbungkus rapat disebuah rumah yang disebut dengan rumah kepala tua. Ditempat itu dilakukan ritual memberi makan kepala tua dengan memecahkan beberapa buah telur kebungkusan kepala tua yang tergantung ditengah rumah kepala tua, beras dihambur untuk memberi makan jin yang datang. Ritual dilakukan oleh ketua adat yang juga membawa besi agar upacara selalu dalam keadaan tenang dan dingin. Ritual semacam itu dilakukan setiap tahun.
7.    Syukuran dengan membaca doa sesuai dengan agama masing-masing dan dilanjutkan dengan makan bersama. Dalam makan bersama, tidak ketinggalan makan “suma”          ( lemang ) yang dibuat dan dibakar sehari sebelum acara dimulai. Pada masa mereka belum beragama, memanjatkan doa kepada para dewa dan para leluhur.
8.    Bajiak. Bajiak adalah tari tradisional Dayak Ga’ai yang sangat popular. Menari bersama dengan membentuk lingkaran itu diiringi dengan music tabuhan gendang yang ditingkahi suara tabuhan gong. Model tarian itu lebih pada gerak kaki dan sedikit gerakan tangan yang menyesuaikan dengan suara gendang dan gong. Gerakan dan hentakan kaki dalam tarian jiak ada empat jenis dengan berbeda tabuhan gendangnya. Step-step kaki dalam tarian jiak sangat unik dan bagus, serta mudah diikuti semua orang. Ada satu gerakan tari jiak yang tanpa music gendang dan gong, tetapi diiringi dengan nyanyian, biasanya tarian yang diiringi nyanyian dilakukan oleh wanita-wanita tua berbaur dengan remaja putra-putri dan tokoh-tokoh adat, ditarikan pada malam hari. Nyanyian dan hentakan kaki mereka terdengar sampai jauh ketengah hutan. Tari jiak dilakukan tiap malam selama bakudung dilaksanakan.
9.    Sikohkoh Sueng ( Coret-coret Arang ). Setelah acara Bakudung Batiung selesai dilaksanakan, wajib semua orang yang hadir dalam acara Bakudung Batiung setelah menari jiak bersama wajahnya dicoret dengan arang hitam. Biasanya yang ditugaskan mencoret wajah semua orang dan para tetamu itu adalah wanita-wanita muda cantik kampung. Sebaiknya apabila kita dicoret, kita balas juga untuk mencoret wajah mereka sebagai penghargaan dan penghormatan upacara Bakudung Batiung sudah dilaksanakan dengan baik dan sukses.
10.  Bek Ngui ( Siram-siraman  Air ). Begitu para tetamu pulang menuju ketepi sungai lalu naik dalam perahu, maka semua orang mejadi basah kuyup disiram pakai air sungai. Dengan basah kuyup, namun teriakan dan tawa terdengar dimana-mana. Tawa, sorak sorai, berlari, teriak menghindari siraman terdengar riuh redah membelah sungai, pertanda gembira dan suka cita telah dilaksanakannya upacara Bakudung Batiung.
Upacara adat ritual Bakudung Batiung Kampung Tumbit Dayak harus tetap dilaksanakan setiap tahun, dijadikan sebagai event tahunan tujuan wisata Kabupaten Berau, dengan memperhatikan waktu pelaksanaan ditetapkan tidak berubah ubah, kemasan upacara ritual lebih baik dan memliki nilai jual. Salah satu caranya adalah pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau dibantu oleh LSM, Pemerhati budaya, dan Perusahaan Tambang Sekitar Kampung Tumbit Dayak lebih banyak turun kelokasi melakukan pembinaan-pembinaan dan pelatihan, agar masyarakat setempat memahami benar selain melakukan pelestarian budaya juga bagaimana mengkemas dan menjual budaya Bakudung Batiung itu ke masyarakat lebih luas. Mereka masyarakat setempat juga mendapat penghasilan dan pendapatan tambahan melalui kunjungan wisata kedaerahnya. Artinya tidak hanya sekedar melestarikan budaya, tetapi memiliki nilai tambah yang menguntungkan bagi masyarakat sekitar.           

3 komentar:

  1. terima kasih atas tulisannya pak, sangat membantu dalam tugas kuliah saya

    BalasHapus
  2. Terima kasih. Artikelnya sangat membantu :D

    BalasHapus