Jumat, 21 Desember 2018

TRADISI TEPUNG TAWAR BERAU


TRADISI TEPUNG TAWAR

Oleh : Saprudin Ithur

Tepung Tawar adalah salah satu tardisi yang melekat sejak nenek moyang dahulu kala, sejak ratusan tahun bahkan sudah ribuan tahun yang lalu. Kebiasaan atau tradisi tersebut masih dapat dipertahankan dan berjalan dimasyarakat sebagaimana mestinya dan tidak bertentangan dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di negara Republik Indonesia. Karena memang tradisi itu masih menyatu dengan masyarakatnya sebagai bagian dari Budaya Lokal atau lebih populernya disebut dengan Kearipan Lokal. Karena menjadi bagian dari kearipan lokal, maka menjadi penting untuk dipertahankan dan dilestarikan. Bahkan melalui pelestarian tradisi tersebut, Tradisi Tepung Tawar menjadi bagian dari Atraksi Budaya yang dapat dan layak dipertontonkan kepada generasi muda sebagai generasi penerus bangsa, tamu pemerintah, dan pengunjung atau pelancong (Turis) yang datang di Kabupaten Berau. Untuk persembahan saat menerima tamu datang Tepung Tawar Kuur Sumangat namanya

Tradisi Tepung Tawar adalah bagian dari kebudayaan lokal, sedangkan kebudayaan lokal adalah bagian dari kebudayaan nasional. Oleh karena itu kebudayaan lokal sangat penting, karena seluruh kebudayaan lokal yang ada di nusantara menjadi satu dalam wadah kebudayaan nasional. Kebudayaan adalah simbol kekuatan dan jati diri suatu bangsa, yang membedakan antara satu suku bangsa dengan suku bangsa lainnya. Yang membedakan bangsa satu dengan bangsa lainnya. Lebih lima ratus suku bangsa dengan bahasa daerahnya masing-masing, puluhan ribu tradisi, seni, budaya yang masih berkembang, menjadi kekayaan yang tidak ternilai harganya bagi perkembangan sejarah dan kemajuan bangsa Indonesia. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika adalah simbol persatuan dan kesatuan yang harus tetap dipertahankan, artinya perbedaan bukan berarti perpecahan tetapi sebaliknya perbedaan itu adalah kekayaan yang membawa keberuntungan sekaligus sebagai pemersatu yang kokoh dan kuat bagi bangsa Indonesia.

Menurut kamus Bahasa Indonesia, Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dimasyarakat; penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar. Sedangkan Tradisional adalah  sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 10 tahun 2014 Tentang Pedoman Pelestarian Tradisi, pasal 1 alinea 1 mengatakan bahwa, Pelestarian Tradisi adalah upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan suatu kebiasaan dari kelompok masyarakat pendukung kebudayaan yang penyebaran dan pewarisannya berlangsung secara turun temurun. Bahkan dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut juga menyentuh tentang Perlindungan adalah Upaya pencegahan dan penanggulangan yang dapat menimbulkan kerusakan, kerugian, atau kepunahan kebudayaan yang berkaitan dengan bidang tradisi berupa ide/gagasan, perilaku, dan karya budaya termasuk harkat dan martabat serta hak budaya yang diakibatkan oleh perbuatan manusia ataupun proses alam. Pengembangan adalah upaya dalam berkarya, yang memungkinkan terjadinya penyempurnaan ide/gagasan, perilaku, dan karya budaya yang berupa perubahan, penambahan, atau penggantian sesuai aturan dan norma yang berlaku pada komunitas pemiliknya tanpa mengorbankan orisinalitasnya. Dan Pemanfaatan adalah upaya penggunaan karya budaya untuk kepentingan pendidikan, agama, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan itu sendiri.

Dengan begitu pentingnya kebudayaan lokal sebagai kearipan lokal, maka apabila kebudayaan lokal, tradisi, kebiasaan, seni, budaya yang telah lama ada kemudian kikis, lenyap, atau dihapus, dihilangkan atas nama tertentu, maka secara otomatis kebudayaan nasional akan hapus pula. Dapat dipastikan suatu bangsa tersebut akan hapus pula dari muka bumi. Oleh karena itu tradisi, yang melekat di masyarakat lokal harus tetap dipertahankan dan dilestarikan, karena semua itu bagian dari kekuatan, keutuhan, dan jati diri bangsa.

Ada beberapa macam Tepung Tawar yang masih hidup dimasyarakat suku Banua antara lain :
1. Tepung Tawar Menyambut Tamu yang baru datang
2. Tepung Tawar baru membeli kendaraan darat
3. Tepung Tawar baru memiliki atau baru beli kapal
4. Tepung Tawar baru membeli Pesawat, Tepung Tawar buka rute baru
5. Tepung Tawar menurunkan perahu atau kapal

Begitu tamu datang, disambut dengan upacara Tepung Tawar yang dikenal juga dengan Kuur Sumangat. Tamu bagi masyarakat Berau adalah orang yang istimewa dan dihormati. Maka dari itu diperlakukan istimewa pula. Dibacakan Salawat nabi, disiram atau ditaburi dengan beras kuning yang sudah dicampur dengan irisan pandan harum, kemudian dengan menggunakan daun linjuang dan daun sarimbangun yang telah diikat dengan kain kuning, tamu diperciki air yang sudah dicampur dengan minyak wangi di kedua telapak tangannya, kepala (ubun-ubun), bahu, dan kaki. Kuur Sumangat bermakna  sebagai penghargaan dan penghormatan keada tamu, datang dengan baik-baik, tiada kekurangan suatu apa, kembalinyapun tidak kurang suata apapun, artinya selamat dari datang sampai dengan pulangmya. Yang diniatkan tercapai dan terkabul, sampai pada tujuan, semua yang dilakukan dan dikerjakan mendapat ridho dan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.  
Serba kuning seperti pembungkus kain kuning, pengikat kain kuning, busana kain kuning adalah penghormatan dan kebesaran, daun Sarimbangun bermakna apa yang diniatkan, apa yang dilakukan segera terbangun, yang sudah ada menjadi lebih baik, yang belum ada segera terbangun. Sedangkan daun Linjuang artinya terjuang, semua yang diperjuangankan akan segera tercapai dan terwujud.
Upacara Tepung Tawar untuk menyambut tamu-tamu agung biasanya dirangkai dengan acara :
1. Pengalungan Bunga, disini biasanya pengalungan Kalung Manik
2. Tepung Tawar, dan
3. Tari Kuur Sumangat

Membeli kendaraan baru, motor roda dua atau mobil. Sebelum dipakai untuk bekerja atau untuk berusaha sebaiknya di Tepung Tawar lebih dahulu. Tujuan Tepung Tawar disini adalah dengan harapan agar kendaraan tersebut, selama dipakai, digunakan, baik untuk pribadi ataupun untuk usaha tidak membawa malapetaka, seperti rebah, terguling, jatuh kejurang, menabrak dan mencelakai orang lain, atau mencelakai dan mencederai pemakai atau pemilik. Kendaraan selalu bermanfaat, apabila dijadikan sebagai usaha, usahanya lancar dan berkelanjutan, usaha bertambah maju, berkembang dan mendapat untung. Sebelum Tepung Tawar dilaksanakan, siapkan air secukupnya didalam gelas, lalu air tersebut dibacakan ayat-ayat suci Al Qur’an, Surah Yasin, pakai dian sebagai penerang (lilin terbuat dari lilin madu), air kemudian ditaburi minyak wangi. Setelah selesai dibacakan Surah Yasin, dengan menggunakan daun Linjuang dan daun Sarimbangun, dibacakan Selawat Nabi, air dipercikkaa disekeliling kendaraan. Dimulai bagian depan, seluruh ban, setang kiri kanan untuk motor roda dua, setir mobil untuk kendaraan roda empat atau lebih, kaca depan, bagian atas mobil dan bagian dalam mobil.
Fungsi lampu Dian atau Lilin yang terbuat dari lilin madu adalah sebagai penerangan. Orang baik itu selalu terang-terangan sedangkan orang jahat itu selalu gelap-gelapan. Artinya apa saja yang dilakukan harus jelas dan terang, usaha juga harus diniatkan dengan terang dan sungguh-sungguh, lakukan dengan sungguh-sungguh, dan bekerja dengan sunggu-sungguh. Minyak wangi adalah sebagai bukti barang masih baru, namanya masih baru tentu memiliki aroma tersendiri, disini dengan aroma wewangian dari munyak wangi tertentu (Minyak wangi cap duyung). Sedangkan Makna daun linjuang, daun sarimbangun, dan beras kuning sama dengan diatas. Setelah dilakukan Tepung Tawar, baru kendaraan boleh beroperasi sebagaimana mestinya. 

Tepung Tawar untuk Kapal yang mampu menjelajahi ratusan kilometer, masuk sungai dan menyeberangi laut antar pulau, upacara Tepung Tawarnya lebih besar dan mengundang orang banyak untuk menyaksikan dan mendoakan.
Persiapan Tepung Tawar antara lain, menyiapkan seekor ayam jantan muda yang bagus sehat dan bersih, telur ayam kampung, beras kuning, daun sirih, kapur sirih, gambir, pinang, kain kuning, minyak wangi, dian, paku/besi dan pisau. Sebagai alat untuk pemercik air di gunakan daun linjuang dan daun sarimbangun di satukan dengan ikatan kain kuning.
1. Tepung Tawar atau Pallas dimaknai dengan meminta restu, meminta ijin, kepada penguasa air
    dan penguasa tanah yaitu nabi Khaidir dan Nabi Ilyas. Dengan meminta ijin tersebut
    kendaraan atau kapal yang berjalan dilaut atau disungai sudah mendapat restu dan ijin dari
    nabi penguasa air. Dengan demikian semuanya berjalan dengan mulus dan lancar tidak ada
    halangan atau suatu apapun.  
2. Ayam jantan dipotong, darahnya diambil untuk campuran ungkal lainya. Memotong ayam itu
    dimaknai dengan berkorban. Pengorbanan pemilik kapal sebelum kapalnya berlayar dan
    berusaha diatas air. Jangan sampai kapal tersebut mengorbankan penumpang atau awak kapal.
3. Dian adalah lampu lilin yang terbuat dari lilin madu dinyalakan sebagai penerang. Dimaknai
    dengan terang-terangan. Berusaha dengan terang, kerja keras, kerja sama, saling berhubungan,
    menguntungkan. Tidak gelap-gelapan atau sembunyi-sembunyi, tidak berbuat jahat. Karena
    perbuatan jahat dimaknai dengan gelap-gelapan.
4. Kain Kuning. Kuning adalah warna kebesaran, warna yang dipakai oleh sultan dan raja-raja
    Melayu. Kain Kuning digunakan sebagai pengikat daun linjuang dan daun sarimbangun, kain
    kuning juga diikatkan di haluan kapal sebagai tanda ijin untuk memulai berlayar dan berusaha.
5. Paku atau Besi adalah sebagai pemberat. Besi dimaknai dengan jangkar, ketika kapal berlabuh
    menggunakan jangkar dari besi agar bisa bertahan, diam, dan seimbang.
6. Minyak Wangi sebagai pengharum. Dimaknai kendaraan baru pasti harum, namanya juga
    masih baru. Kapal baru melintas dimana-mana ditandai dengan masih harum oleh wewangian.

Tahapan Tepung Tawar :
1. Potong Ayam, darahnya di masukkan dalam mangkok putih dicampur dengan ungkal (daun
    sirih, gambir, pinang, kapur sirih, paku/besi), sedikit beras kuning, diberi air dan ditetesi  
    minyak wangi.
2. Kain Kuning dicelupkan kedalam mangkok putih diatas, dibawa kehaluan kapal. Kain kuning
    Yang sudah sebagian basah sarat makna itu diikat dihaluan kapal.
3. Dengan membaca Salawat beras kuning taburkan dari haluan sampai buritan kapal, sebagian
    ditaburkan ke air.
4. Dengan menggunakan daun linjuang dan daun sarimbangun memercikkan air dalam mangkok
    putih yang sudah bercampur, keseluruh kapal, muka, samping kanan, kiri, belakang, atas,
    bawah, dan dalam kapal.
5. Sisanya dipercikkan ke air disekitar kapal, dan dihamburkan semua keair.
6. Baca doa dan makan bersama
7. Ayam yang sudah dipotong dibawa oleh pelaku Tepung Tawar atau diberikan kepada yang
    mau menerima.


Tanjung Redeb, Minggu, 26 Juni 2016
diperbaiki 2018 


Informan : Amma Dai (H. Masdar)
Tokoh Adat dan Budaya Berau (Orang pintar, Pelatih Terbang, Tari Jepen, dan Kuntau)
Tinggal di Jl. Yos Sudarso Tanjung Redeb Berau Kaltim