CERPEN
TRAGEDI MALAM TAHUN BARU
Oleh : Saprudin Ithur
Dia seorang anak laki-laki yang dilahirkan dengan segala
keberuntungan. Ayah pengusaha sedang ibunya seorang pejabat di salah satu
kantor Pemerintah di kota
Sanggam Kabupaten Berau. Ayahnya orang sibuk, berangkat keluar kota seperti ke
Samarinda, Balikpapan, Tarakan, Bulungan dan kota-kota di Pulau Jawa sering
sekali, hamper-hampir waktunya tidak ada dirumah. Namun ayahnya sangat sayang
pada putra yang masih sekolah di SD itu. Setiap datang dari bepergian ayahnya
tidak lupa membawakan oleh-oleh seperti mobil-mobilan dengan berbagai jenis,
pesawat terbang dengan berbagai jenis, playstation, game board dan makanan
kesukaan putranya.
Ibunya juga sangat sayang pada putra ketiganya itu. Apa saja yang
diminta oleh si Ali ibunya selalu mewujudkannya, karena mereka memang orang
kaya sih. Kalau orang miskin atau pas-pasan pasti tidak bisa seperti itu kan ?
Kedua kakaknya sering merasa iri dengan adiknya yang dimanjakan itu. Kalau beli
mainan adiknya selalu dilebihkan, kalau beli makanan adiknya selalu lebih
banyak, kalau beli pakaian adiknya selalu dua, kalau kakaknya masing-masing
satu. Dan hal lainnya yang sering menyakitkan hati. Belum lagi kalau ada
persoalan, atau bertengkar, adik selalu diuntungkan, biar salah tetap saja
dibenar-benarkan oleh ayah dan ibu. Kakaknya selalu diminta untuk mengalah pada
adiknya. Walaupun Udin dan Mila tidak terlalu merasa keberatan kalau harus
dipaksa untuk mengalah pada adiknya. Sebenarnya sih mereka juga sangat sayang
kepada adiknya. Cuma sayang adiknya semakin tidak mau mengerti, semakin
melonjak tingkahnya. Mereka berdua sering malu dan risih dengan prilaku dan
sopan santun adiknya dihadapan orang lain atau keluarga ayah ibu. Lewat kesana
kemari tidak pernah permisi, apalagi harus menundukkan kepala sedikit ketika
melintasi orang yang lebih tua. Dia jalan melenggang saja semaunya, bahkan
sambil lari dan teriak-teriak. Kedua kakaknya malu sekali. Tapi bagaimana ya,
memang sudah begitu tabiatnya si Ali adiknya itu.
Yang mengherankan lagi, tamu ayah dan ibu, tersenyum saja, bahkan ada
yang memuji, dan menepuk-nepuk bahu Ali, bangga. Kedua kakak yang sudah lebih
besar itu khawatir kalau senyuman atau pujian itu hanya pura-pura saja. Karena
ayahku serorang pengusaha dan ibuku pejabat pemerintah. Pujian dan sanjungan
itu hanya sekedar kepura-puraaan dan mencari perhatian atau cari muka dari ayah
dan ibu. Tapi apapun alasannya menurut kedua kakak Ali, Ali harus bisa berubah.
Ali sekolah di sebuah SD favorit di
kota Sanggam Tanjung Redeb Berau, Ali juga selalu mendapat pujian dari kepala
sekolah. Maklum, ayahnya salah satu donatur tetap disekolah itu. Sumbangannya
banyak, setiap kali ada acara seperti pentas kesenian, porseni, darmawisata,
pembangunan sekolah dan lain-lain, ayahnya selalu tampil sebagai penyumbang
paling depan. Makanya kepala sekolah selalu memujinya. Dan maka si Ali bebas
semaunya di sekolah.
Teman–teman di kelasnya banyak yang tidak suka pada Ali, teman-teman
lain kelas apalagi. Cuma mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Ali sering berlaku
tangan besi, mencaci maki semaunya, menghina pada teman yang tidak punya. Yang
lebih menjengkelkan lagi, apabila persoalannya sampai di kepala sekolah, Ali
selalu di puji dan di sanjung-sanjung oleh kepala sekolah, maklum kepala
sekolah yang sudah termakan budi baik ayahnya, jadi tidak berani berbuat
apa-apa.
Teman-teman yang suka sama Ali, setiap hari selalu kejatuhan rezeki.
Ali kalau belanja di kantin, wah …. Selalu banyak. Penjaga kantin kalau sudah
rombongan Ali masuk dan makan-makan, selalu tersenyum pada Ali walaupun dia
sering bicara ngawur dan tidak pakai tata kerama. Belanjanya selalu banyak.
Sedang anak-anak lain mulai menyingkir, khawatir kalau-kalau sampai turut
bicara yang tidak pakai tata kerama, dan menimbulkan persoalan dengan rombongan
anak bandel itu. Ali sok jagoan, menantang siapa saja yang berani mengusik
tingkah lakunya.
Ali punya sepeda saja lima buah dengan berbagai
jenis, kalau pergi jalan-jalan selalu ganti-ganti.sepeda. sepedanya pun sepeda
mahal-mahal yang tidak terjangkau oleh kita-kita, dia juga punya sepeda motor
kecil. Anak orang kaya di kotaku, sih. Ali kalau sudah naik sepeda dijalan
raya, semaunya saja. Tidak menghormati pemakai jalan lain. Padahal kita semua
tahu jalan raya milik semua orang. Oleh karena itu kita seharusnya mentaati
rambu-rambu lalu lintas di jalan, jangan main tabrak aja. Dan sopan santun
sebagai pengguna jalan juga harus ada. Jangan kaya jalan milik sendiri dong.
Dari tanggal 30 sampai dengan
tanggal 31 Desember Ali dengan empat temannya di gudang sebelah rumah,
menyiapkan kelima sepedanya dan memperbaiki seperlunya. Baut dan mor-mor sepeda
yang sedikit longgar di kuatkan, rantai sepeda yang kendur di kencangkan.
Mereka berlima Ali, Diman, Ipung, Evan, dan Riky malam ini berencana begadang
dan bersepeda keliling kota sanggam untuk menyambut malam tahun baru. Persiapan
untuk menyambut malam tahun baru sudah selesai. Untuk menunggu malam, mereka beristirahat di rumah
Ali. Sambil makan dan minum di dalam rumah besar dan mewah itu, Diman dan Ipung
main playstation perang-perangan, sedangkan Evan dan Riky berbaring menunggu
giliran.
Setelah pulang mandi dan makan malam
tidak lama kemudian kelimanya sudah berkumpul kembali dirumah Ali. Tegur Ibu “
Ali hati-hati ya, jangan kebut-kebutan “. Beres bu, “ Ali tau ko bu “ jawab Ali
dengan ringan. Si Udin dan Mila geleng-geleng kepala memperhatikan adiknya yang
kaya orang penting menyambut malam tahun baru.
Jam delapan lebih lima menit, mereka
berlima mulai bergerak melintasi jalan Murjani menuju kantor Bupati.
Berputar-putar disana kemudian melanjutkan masuk jalan APT. Pranoto, belok
kanan masuk jalan Milono, sampai di jembatan Kelay belok kekiri memasuki jalan
H. Isa 1, belok kanan terus masuk jalan SA. Maulana, terus melaju melewati
perempatan strat bundar masuk jalan Ahmad Yani ke-Tepian. Mereka berlima
berhenti disana duduk-duduk dipinggir siring sungai Segah, di muka pusat
pertokoan kota Sanggam. Ribuan orang yang bersantai disana sejak tadi sore
memenuhi pinggir siring tepian sungai Segah dan trotoar jalur Ahmad Yani.
Penjual jajanan yang dikenal dengan kuliner itu ramai menyuguhkan berbagai menu
yang enak sepanjang trotoar jalan sepanjang dua kilometer. Suara terompet riuh
redah memekakan telinga, suasana yang hingar bingar, kendaraan yang lalu
lalang. Anak muda kebut-kebutan dengan suara mesin yang terbuka knalpotnya,
semakin menambah ramainya suasana menyambut tahun baru. Anak-anak, kaum remaja,
bapak-bapak dan ibu-ibu dengan menggendong anak pun tidak ketinggalan bersantai
di tempat itu. Pokoknya manusia tumpah ruah disana.
Ali dan temannya bergerak
melanjutkan perjalanan menuju keujung jalan Ahmad Yani kemudian membelok
kekanan memasuki jalan Tendean yang sedikit sempit. Diman, Riky, dan Ali
berjajar didepan sambil mengunyah gula-gula yang tadi dibelinya di warung. Dari
arah depan meluncur sebuah mobil dengan sorot lampunya yang terang, kiri kanan
jalan suara terompet ribut ditiup oleh anak-anak dari halaman rumahnya
masing-masing. Pada saat mobil tepat berada disamping kanan Ali yang jauh
ketengah, tiba-tiba dengan tidak disangka-sangka dengan kecepatan tinggi sebuah
kendaraan roda dua yang di kendarai oleh seorang pemuda melintas di tempat itu.
Sopir mobil kaget, Ipung dan Evan yang berada di belakang Diman, Riky dan Ali
terkesiap. Ali dan Riky terpental disambar kendaraan roda dua yang melesat
dengan cepat dan kencang itu. Tubuh Ali melayang lalu membentur dinding mobil,
dan kemudian terguling beberapa kali di jalan aspal. Sedangkan Riky terpental
kearah kiri.
Bagaimana dengan sipengendara sepeda
motor yang menabrak Ali dan Riky ? Kendaraan itu rubuh ditengah jalan, dengan
berlumuran darah. Sipengendara motor roda dua itu langsung bangkit dan kabur
meninggalkan tempat kejadian. Riuh redahlah
orang melihat kejadian yang begitu cepat itu. Ali dan Riky langsung
diangkat oleh beberapa orang dan dilarikan kerumah sakit Dr. Abdul Rivai di
Jalan Pulau Panjang. Satu jam kemudian Riky sudah boleh pulang, luka-lukanya
tidak parah hanya lecet-lecet saja. Sedangkan Ali cukup parah, Ali pingsan, Ali
belum siuman. Kepalanya robek dengan mengeluarkan darah, luka-luka harus segera
dibersihkan dan harus segera dijahit. sekujur tubuhnya banyak yang luka dan
koyak-koyak, bagian lainnya lagi terlihat memar dan biru.
Ibu Ali datang kerumah sakit,
melihat putranya yang terkulai itu langsung sok. Putra kesayangannya tergeletak
bersimbah darah diruang instalasi gawat darurat. Ayahnya terhenyak diam tanpa
komentar, sedangkan Udin dan Mila hanya bisa menangis dan memeluk-meluk ibunya
yang lemas dan limbung.
Dimalam tahun baru itu tersebarlah
berita anak nakal yang sekolah di SD favorit di kota Sanggam di samber motor
roda dua. Yang tahu kenakalan anak itu bukan merasa kasihan, malah bilang “
syukur….. baru tahu rasa kamu….” Kata teman-temannya yang pernah diusilin sama
Ali juga bilang “ itu namanya hukum karma “, tapi ada juga yang berdoa “
mudah-mudahan sembuh dan semoga sadar “.
Ditempat lain Diman, Evan dan Ipung
merasa bersalah dan ketakutan. Khawatir kalau-kalau mereka nanti yang
disalahkan oleh kedua orang tua Ali. Atau dipanggil polisi dan dimasukkan
kedalam sel tahanan polisi. Mereka juga membayangkan yang bukan-bukan, kalau
seandainya Ali kenapa-kenapa atau sampai………waduh gimana ya ?
Sepeda ketiganya
langsung diantar kerumah Ali dan langsung pulang kerumahnya masing-masing.
Sedangkan sepeda Ali dan Riky diamankan di kantor polisi.
Ibu Ali sudah mulai tenang, air
matanya mengalir membasahi pipinya. Sedangkan anak kesayangannya masih juga
belum siuman. “Ali….Ali anakku…sayang….nak cepat…sadar nak, sadarlah…..sayang
buka matamu sayang…ini ibu, ya Tuhan……anak kami jangan diapa-apakan, ya
Tuhan….ampuni dia…. ya Tuhan, kalau seandainya dia anak yang nakal sadarkanlah
dia agar menjadi anak yang lebih baik, berbudi, sholeh, hormat kepada orang tua
dan rajin, sembuhkanlah anakku ya Tuhan.”
“ Sudah bu jangan begitu, anak ibu
tidak apa-apa, dia hanya kaget dan syok. Nanti juga akan segera sadar” Kata
seorang dokter yang sedang membantu merawat Ali. Setelah selesai dijahit
luka-lukanya, darah di tubuh Ali sudah dibersihkan, kemudian Ali dipindah
keruang operasi, selei operasi Ali dipindahkan keruang VIP untuk perawatan
selanjutnya.
Dalam pingsannya terbayang dimata
Ali semua perbuatan jeleknya selama ini, setelah dia mengetahui semua
perbuatannya maka kemudian perbuatan baik dan perbuatan buruknya ditimbang.
Dalam timbangan itu terlihat lebih jelas, lebih berat perbuatan buruknya,
seperti mengumpat, mencaci maki orang, menghina teman yang tidak mampu, memukul
teman disekolahnya, menjewer telinga anak kelas satu dan kelas dua, memukul dan
mengancam anak perempuan yang tidak suka dengannya, tidak sopan pada guru dan
orang tua, selalu merasa menang sendiri, paling hebat sendiri dan lain-lain.
Semua kejadian
itu tergambar seperti sebuah film. Ali berteriak ketakutan “
tidak….tidak.....tidak…” Kemudian datang sebuah tangan yang sangat besar.
Tangan itu lalu menekan kepala Ali, selanjutnya berpindah menekan dada,
beratnya luar biasa tekanan tangan itu, Ali mencoba meronta semampunya, namun
tidak berhasil. Yang lebih celaka lagi tangan itu kemudian berpindah dan
mencekik leher. Ali meronta-ronta, ingin meminta tolong, namaun tidak ada yang
datang menolong. Tempat itu sepi sekali.
Beberapa waktu Ali tidak dapat bernafas. Tangan itu melepaskan leher Ali, ia
berusaha lari sekuatnya. Sial, ia lari masuk kedalam semak berduri, didalam
semak berduri Ali bingung mau kemana, bajunya koyak sampai kekulit dagingnya.
Tangan, kaki, paha, perut, pantatnya luka-luka mengeluarkan darah. Tiba-tiba
entah datang darimana tangan besar tadi sudah berada didepan Ali lagi. Ali
berusaha menghindar mundur terus kebelakang, duri-duri yang menyangkut
ditubuhnya tidak lagi ia rasakan. Sial bertambah kakinya sangkut dan jatuh
telentang, “ Nich rasakan……pembalasanku “ suara dari tangan besar yang
mengejarnya. Ali menangis dan berteriak sekuat-kuatnya meminta tolong,
pertolongan tidak ada yang datang. Dua tangan itu kemudian menerkam leher Ali
yang sudah sakit, mencekik sekuat-kuatnya. Saat sakit yang luar biasa dan tidak
tertahankan ditambah dengan tidak bisa bernafas itu, telinga Ali juga terasa di
tarik orang. Dimana-mana nampak mata-mata melotot marah dan geram, bibir
mencibir dengan mengepalkan tangan menantang Ali yang sudah tidak berdaya. Kemudian
Ali berteriak lagi “ aduh…….sakit sakit ampun….maafkan saya…….saya tidak nakal
lagi………….saya menyesal……menyesaaaaaaallllllll…….saya minta ampuuuuuunnnnn….saya
minta maaf……Tidak lagi…tidak!!!!! Tidaaaaaakkkk!!!!!!!!!!!!.
Semua yang ada diruangan itu tersentak dan mendekat, Ali
berteriak-teriak dan matanya terbuka. Ali telah sadar, Ali mencoba manatap
sekitarnya, masih gelap, berkunang-kunang, putih dan kemudian nampak wajah
ibunya yang cemas, nampak wajah ayah yang memanjakannya, nampak wajah kakaknya
yang tersenyum manis menyambutnya. Ali merasakan sakit yang luar biasa di
kepala dan disekujur tubuhnya. Ali langsung menangis “ aduh Bu…. Sakit…..kepala
Ali sakit Bu….sakit “ tidak lama kemudian suara tangisan Ali semakin mengecil
dan tertidur kembali.
Pada esok paginya Ali sudah segar dan tidak merasa terlalu sakit
lagi, kemudian ibunya mulai bercerita dan memberitahukan semua yang terjadi.
Ali pingsan selama enam jam, dan kaki sebelah kiri patah, maka Ali perlu
istirahat sekitar dua bulan untuk memulihkan tulang yang patah itu. Mendengar
ceritera ibunya, Ali menangis tanpa suara, air matanya mengalir sampai
ketelinga, sesekali air mata penyesalan Ali diseka oleh ibunya yang setia
menemani Ali terbaring. “ Ali harus tabah menerima kenyataan ini….Ali harus
sabar menunggu sampai sembuh total……ibu yakin Ali pasti bisa naik sepeda lagi “
Ali tersenyum hambar.
“ Bu…” suara Ali
iba “ ada apa sayang “ sahut ibunya menatap Ali nanar. “ Ali menyesal bu……. Ali
minta maaf sama Ibu, sama Ayah dan dengan kak Udin……juga dengan kak Mila “.
“ Ia, kami
maafkan Ali semua “
“ Bukan hanya
itu ayah, Ali juga harus minta maaf sama semua teman-teman di sekolah, Ali
sering berbuat jahat pada mereka, Ali menyesal atas semua perbuatan Ali yang
jahat itu Bu“. Ayah, Ibu, Mila dan Udin saling pandang dan menganggukkan
kepala. “ Nanti kakak Mila yang menyampaikan kepada semua teman-teman Ali di
sekolah. Pokoknya Ali tenang saja di sini yah “. Ujar kakaknya member semangat.
Siang harinya teman-teman Ali benar-benar membludak, datang beramai-ramai
kerumah sakit, riuh redahlah ruang VIP dimana Ali berada. Mereka saling
berdesakan untuk masuk keruang itu, berebutan untuk melihat Ali. Bapak Satpam
sampai datang membantu. Mereka di atur secara bergiliran, “
antri-antri….gantian, supaya didalam tidak pengab “. Kata pak satpam. Semuanya
bisa bertemu dan melihat keadaan Ali. Semua haru dan iba melihat keadaan Ali
yang penuh dengan bercak merah dan perban disekujur tubuhnya. “cepat sembuh ya
Ali…cepat sembuh ya li…..cepat sembuh ya kawan” ujar teman-temannya yang
bergantian mendekati Ali yang terus meneteskan air mata Mereka semua mendoakan
agar Ali cepat sembuh, dan sekolah kembali bersama mereka. Ali meminta maaf
kepada semua temannya yang datang. Ali tersenyum, Air matanya membasahi pipi,
meneteskan air mata gembira menyambut kedatangan teman-temannya.
Aku harus cepat sembuh…aku harus sekolah lagi dan aku tidak akan
nakal lagi. “semua teman-temanku datang menjenguk….terima kasih teman-teman,
kalian semua teman yang baik, aku juga akan baik seperti kebaikan kalian” Ali
tersenyum dan tertidur lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar