BAI MALANGUI
Saprudin Ithur
Alam Kabupaten Berau yang 60-70%
masih terjaga dengan baik, keanekaragaman hayati, flora dan fauna masih oke
adalah menjadikan tumpuan mata dunia melirik keindahan alam dan kekayaan alam
yang tersimpan didalamnya. Kawasan bahari masih 70-80 % terjaga dengan baik,
pantai dengan hutan mangrove-nya masih bagus, hutan masih 40-55 % terjaga,
daerah tanah datar dan gambut disepanjang aliran sungai sebagian besar masih
terjaga. Pergerakan fauna masih mendapat
ruang bebas dan habitatnya masih mendukung, walaupun banyak yang tahu, rusa,
kijang, trenggiling, bulus, macan dahan, burung enggang, burung tebengang terus
diburu dan keberadaannya mulai menghawatirkan, perkembang biakannya sudah
sangat terganggu. Semua adalah olah prilaku manusia yang tidak menghargai dan menghormati
alam dan lingkungannya. Tetapi apabila segera diimbangi dengan aturan yang baik
dan ketegasan aparatur negara dalam tugas mengawasi penangkapan fauna, apalagi
yang dilindungi, masih besar harapan masyarakat Berau dengan kelestarian alam
sekaligus terjaganya flora dan fauna.
Bai Malangui atau babui melangui
artinya babi menyeberang sungai secara berombongan. Bai atau babui artinya
babi. Babi itu menyeberang berombongan dengan berbanjar, moncong mulut
masing-masing menopang pada bagian atas punggung yang ada di depannya dan
seterusnya sampai puluhan ekor. Induk babi menyeberang sungai bersama dengan anak-anak,
biasanya ayahnya paling depan dilanjutkan dengan anak-anaknya dan terakhir
ditutup oleh ibunya. Apabila tidak ada ayahnya, ibunya paling depan dilanjutkan
dengan anak-anaknya. Begitu pula dengan babi dewasa serombongan, pemimpinnya
yang turun lebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan yang lain yang lebih muda.
Berdasarkan pengalaman setiap babi menyeberang yang dikenal dengan bai malangui
itu, babi pertama sebagai pemimpin menggigit kayu atau ranting dimulutnya. Saat
turun kesungai dipilih tempat yang nyaman untuk turun, turun kesungai teratur
dan berurutan. Babi kedua, ketiga dan seterusnya menopangkan moncong mulutnya
di pinggul babi didepannya, tersambung dengan baik dan rapi, dengan
keteraturan. Saat mereka berenang bersamaan seperti itu berusaha secepatnya
sampai diseberang, dalam perjalanan menyeberang, mereka larut terbawa arus
semakin jauh. Kekuatan mendorong maju berenang bersama itu sangat seimbang agar
pengikut dibelakangnya tidak putus dan terpisah dari rombongan karena dorongan
arus. Sekali lagi keteraturan dan keseimbangan sangat dibutuhkan, kecil, besar,
ataupun induknya sudah sangat memahami.
Saat babi menyeberang sangat
diperhatikan oleh penduduk setempat. Pada saat babi menyeberang itu adalah
rejeki bagi para pemburu babi yang ada di kampung. Lagi musim babui malangui
itu adalah pengharapan bagi seluruh penduduk, mereka pasti banyak makan daging
segar selama sebulan sampai tiga bulan kedepan. Penduduk mengetahui musim babui
melangui sepenuhnya melalui tanda-tanda alam.
Tanda-tanda alam tersebut adalah
sebagai berikut. Menjelang malam kalong terbang mencari makan, mereka terbang
sampai puluhan kilometer dari sarangnya. Saat dini hari kalong-kalong itu
bersiap untuk kembali, sebelum matahari terbit kalong-kalong yang sudah kenyang
sudah berada ditempatnya untuk tidur sepanjang siang.
Penduduk pedalaman tinggal dan
membuat rumah ditepi sungai. Kemana arah pergi ratusan kalong terbang jadi
perhatian penduduk pedalaman setiap sore menjelang malam. Apabila arahnya
kebarat, maka banyak makanan tersedia disebelah barat, apabila ratusan kalong
terbang ke timur, maka buah-buahan tersedia di sebelah timur. Tanda alam itu
mengundang babi harus pergi kearah mana untuk mencari makan. Kalong menuju
kebarat, maka babi juga berangkat kebarat, walaupun harus menyeberang sungai
yang dikenal dengan babui atau bai
melangui. Artinya babi menyeberang sungai itu tidak setiap saat, tetapi
selalu ada. Karena babi yang tinggal di sebelah barat sungai, akan menyeberang
sungai apabila makanan atau buah-buahan tersedia disebelah timur sungai.
Sebaliknya apabila makanan atau buah-buahan tersedia disebelah barat, babi yang
berada disebelah timur akan menyeberang kesebelah barat. Tanda-tandanya dari
perilaku ratusan kalong yang terbang waktu sore menjelang malam. Tanda-tanda
alam tersebut adalah salah satu hukum yang tidak tertulis, tetapi ya
kebenarannya.
Musim itu adalah musim buah
tertentu ditempat tertentu. Saat buah tertentu jadi, maka kalong menjelang
malam terbang menuju tempat itu, pertanda buah ditempat itu jadi. babi juga
akan menuju kearah mana kalong terbang. Tidak perduli harus melewati aral
melintang yang penuh tantangan, karena kebutuhan makanan untuk induk dan anak-anak
babi yang harus mendapat asupan makan segar, sehat, dan bagus. Salah satu
lintasan jalan kelompok babi harus menyeberangi sungai, babi harus menyeberang
dengan berenang. Saat berenang itulah dikenal dengan babi, bai, atau babui
melangui atau babi menyeberang sungai. Maka pada musim babi menyeberang itu
sangat ditunggu-tunggu bagi para pemburu babui melangui.
Para pemburu menunggu diseberang
sungai dengan menggunakan perahu, didalam perahu tersedia tumbak dan mandau.
Begitu terlihat rombongan babi menyeberang dibiarkan dulu, para pemburu harus
sabar menanti saat yang tepat. Begitu mereka bergerak dengan berenang sudah
sampai ditengah sungai, para pemburu langsung bergegas mendayung perahunya
ketengah sungai menuju rombongan babi yang berenang tersebut. mereka
beramai-ramai mengejar babi yang sedang berenang berbanjar menyeberangi sungai
itu. Dengan datangnya para pemburu dengan perahunya, babipun kemudian berenang
kocar-kacir, terpisah, putus-putus, terpisah dari rombongannya. Bingung, ada
yang berenang ke hulu, ke hilir, kembali dan ada pula yang terus berusaha ke
seberang. Dengan mudah pemburu babi ditengah sungai menangkap babi-babi itu.
Sebagian babi mati dibacok dan ditumbak baru dinaikkan keperahu, sebagian lagi
ditangkap hidup-hidip dan dinaikkan juga ke dalam perahu, para pemburu dengan
senyum sumringah pulang ke kampung memamerkan pendapatannya berburu babi
menyeberang sungai. Di kampung, anak-anak, orang-orang tua, dan para gadis
ramai menyaksikan kedatangan para pemuda yang gagah perkasa membawa hasil
tangkapan Bai Malangui.
Hasil buruan dimasak dan dimakan
sepuas-puasnya pada acara pesta kampung, sisanya diletakkan di atas dapur, agar
selalu kena asap dapur pada saat menanak nasi namanya disalai. Dengan demikian
daging bisa tahan
sampai berbulan-bulan tidak rusak. Tetapi itu ceritera dulu, berbeda dengan
sekarang. Sekarang para pembeli daging babi sudah siap dengan mobilnya ditepi
jalan dekat dengan sungai. Berapa saja banyaknya babi yang didapat oleh para
pemburu babi malangui, pedagang siap membeli dengan uang kontan. Maka semangat
para pemburu babi menyeberang sungai, menjadi lebih dan bernilai. Selama tiga
bulan muism berburu babi malangui dijadikan penopang kehidupan, usaha tambahan
selain berkebun dan bertani menanam padi.
Ada hal yang penting disampaikan
penulis dalam kesempatan ini, yaiu ada aturan adat yang mengikat bagi semua
penduduk pedalaman. Aturan adat ini mengikat tidak hanya untuk orang Dayak
saja, tetapi untuk semua orang yang tinggal dan berusaha dipedalaman. Selama musim
babi menyeberang sungai atau bai malangui, tidak boleh atau dilarang keras ada
satu orangpun yang berburu dihutan, apalagi berburu dengan membawa anjing.
Apabila ada yang melanggar larangan hukum adat, pelakunya diberikan hukuman
yang sangat berat berupa membayar denda, sesuai dengan aturan masing-masing
kampung dipedalaman sungai Kelai dan Sungai Segah.
Apa alasan pelarangan berburu babi
kehutan saat musim babi menyeberang sungai sampai menjadi hukum adat ? Ternyata
apabila pada musim babi menyeberang sungai diburu dihutan, maka babi-babi yang
seharusnya menyeberang sungai tidak jadi menyeberang. Semua babi memiliki
penciuman yang sangat bagus mampu mengendus bau manusia yang ada disekitarnya
lalu pergi jauh tidak jadi menyeberang sungai atau babi-babi itu lari tunggang
langgang karena dikejar dan di gong-gong anjing pemburu dihutan, sedangkan para
pemburu babi menyeberang menunggu kedatangan babi menyeberang sungai, mereka
tidak medapat apa-apa. Tetapi diluar musim babi menyeberang sungai siapa saja
boleh berburu babi di hutan
Ada satu hal yang lebih penting
dipahami berikutnya, yaitu naluri babi putus. Mereka berangkat pindah ketempat
baru itu berdasarkan naluri kebinatangan yang sangat peka, apabila naluri itu
putus, berarti sangat mengganggu kehidupan babi. Apabila naluri mereka
mengatakan ada makanan ditempat lain yang jauh dari tempat mereka sekarang,
harus tersambungkan. Apabila putus ada kemungkinan mereka akan kelaparan,
ketersediaan makanan disekitar mereka hidup sekarang sudah menipis, tidak
mencukupi untuk pertumbuhan anak-anaknya yang semakin membesar dan membutuhkan
asupan makanan lebih banyak. Anak-anak babi membutuhkan makanan selain
umbi-umbian juga butuh makan buah-buahan, karena sudah mulai meninggalkan
meminum susu ibunya. Begitu dan seterusnya. Kemudian mereka beranak lagi,
membutuhkan rantai makananan lagi. Secara alamiah alam menyediakan rantai
makanan tersebut. Oleh karena itu apabila habitatnya atau alamnya dirusak
kemungkinan besar ketersediaan makanan menipis, berarti tidak cukup kebutuhan
makanan untuk berkembang biak. Atau berbalik melawan alam, mereka harus segera
beradaptasi melawan kerasnya kehidupan, harus mencari makan dengan cara apapun.
Termasuk naluri membunuh dan memakan segala, akibatnya sangat fatal bisa saja
babi jadi membunuh manusia dan memakannya. Yang celakanya nanti, manusia hanya
menyalahkan binatang, bukan menyalahkan prilaku manusia yang merusak habitat
mereka (alam), memutus rantai makanan, merusak naluri kebinatangan, lalu
manusia membunuh binatang tanpa kendali.
Penjelasan diatas adalah salah
satu rantai kehidupan binatang yang namanya babi saja. Bagaimana dengan rantai
kehidupan dan makanan binatang lainnya. Dan bagaimana dengan rantai kehidupan
manusia. Apabila dikupas tentu menjadi pembahasan yang menarik dan luar biasa.
Yang pasti…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar