Naskah panggung
PANGADAKAN
SEBUAH RITUAL PERSEMBAHAN KERATON SAMBALIUNG
Oleh: SAPRUDIN ITHUR
P r a k a t a
anjung berdiri sejak tahun seribu delapan ratusan di sungai Gayam anak
sungai Kelay, yang dipelopori oleh Raja Alam. Beberapa tahun kemudian Raja Alam
ditangkap Belanda, karena tidak mau tunduk dengan Pemerintahan Hindia Belanda.
Perang pada saat itu tidak bisa dihindari. Pasukan Raja
Alam dibantu pasukan laut Bugis dan
Suluk dengan gigih melawan dan mempertahankan wilayah kekuasaannya. Perang
terjadi di antara Tanjung Mangkalihat dan Muara Lungsuran Naga. Terutama dilaut
Batu Putih dan daratan Dumaring, namun akhirnya pasukan Raja Alam dapat dipukul
mundur oleh Armada Laut Hindia Belanda yang bersenjatakan meriam, pistol, dan
senapan laras panjang yang dikirim dari Makassar. Raja alam dibuang ke
Makassar.
Pada 24 Juli 1837 Raja Alam dibebaskan dan
kembali ke Berau. Raja Alam diantar beberapa orang tokoh Bugis yang
kemudian sebagian menetap di Berau ( Kampung Bugis ) dan sebagian lainnya
pulang kembali ke Salebes.
Anak Cucu Raja Alam ada yang menetap di Kampung Dumaring
Kecamatan Talisayan dan Sambaliung sampai sekarang. Di Sambaliung Sultan
Kaharuddin mendirikan Keraton sebagai tempat pusat pemerintahan Sultan
Sambaliung.
Bagaimana dengan acara ritual. Acara Ritual persembahan kepada sahabat Sultan Sambaliung di Gunung Pangadakan
dilaksanakan setiap tahun oleh Sultan
Muhammad Aminuddin ( 1920-1958 ). Gunung Pangadakan pada masa itu menjadi
tempat bersemayamnya makhluk gaib sahabat sultan yang sangat dikenal dikalangan
masyarakat Berau dengan nama si Garutu.
Sebelum Sultan Muhammad Aminuddin memerintah, acara ritual tersebut belum
dilaksanakan dan setelah Beliau wafat acara tersebut tidak dilaksanakan lagi.
Acara ritual persembahan ke Gunung Pangadakan itu bagian
dari tradisi lama. Budaya yang dulu pernah dilaksanakan di Sambaliung, dimana
diketahui nuansanya sarat dan dipengaruhi oleh budaya Bugis.
Melihat hubungan budaya antara Salebes dengan Borneo,
penulis tertarik untuk menyusun dan menulis sebuah naskah drama dengan judul “PANGADAKAN” didalam ceriteranya
mengandung nilai budaya, sepiritual, keyakinan, pengorbanan, tanggung jawab,
dan nilai mistis. Setelah banyak
mendapat informasi dari berbagai pihak termasuk beberapa orang Datuk keturunan
Sultan terakhir. Tentu dengan niat yang tulus agar nilai-nilai budaya masa lalu
tetap masih bisa dipertahankan atau setidaknya dapat dibaca dan dipentaskan /
dipertunjukkan kepada anak-anak dikemudian hari.
Penulis mengharapkan semoga naskah ini ada manfaatnya
bagi para pembaca yang budiman, dan dapat dipentaskan oleh para seniman Teater
di Kalimantan Timur atau di luar Kalimantan Timur dengan berdialog seperti
naskah ini atau tidak berdialog dengan alur ceritera seperti naskah.
Tentu kritik dan saran untuk perbaikan naskah ini sangat
kami harapakan. Terima kasih.
Tanjung Redeb
Kota Sanggam, 7 Oktober 2004
Penulis
SINOPSIS
Persahabatan
Kesultanan Sambaliung sudah lama terjalin dengan kesultanan Bugis. Persahatan
dua kesultanan itu tidak hanya terjadi kawin mawin, tetapi sampai pertukaran
budaya. Dibuktikan dengan tulisan Lontara sampai hari ini masih menghiasi
gapura halaman Keraton Sambaliung. Tulisan lontara itu dipahat di batang kayu
ulin yang berukuran kurang lebih 45x45 cm dengan tinggi 3 (tiga) meter.
Dahulunya
di kesultanan Sambaliung belum pernah dilaksanakan acara memberi makan makhluk
gaib, kemudian hari ada pelaksanaan ritual memberi makan makhluk gaib di Gunung
Pangandakan. Makhluk gaib yang sangat popular dikalangan Keraton dan masyarakat
Sambaliung adalah si Garutu. Garutu adalah makhluk gaib yang sangat besar,
apabila nampak besar tangannya saja dapat menutupi keraton Sambaliung, dengan
demikian maka besar tubuhnya bisa dibayangkan sebesar apa.
Si
Garutu adalah sahabat Sultan, oleh karena itu sebagai sahabat ada kewajiban
untuk memberi makan. Setahun sekali pelaksanaan ritual memberi makan si Garutu
harus dilaksanakan, kalau tidak
dilaksakan akibatnya bisa sangat fatal bagi keraton, kerabat keraton, atau
masyarakat Sambaliung.
Persiapan
ritual dilakukan di Keraton atas restu Sultan. Membuat Puncak Rasul dan ancak
yang berisi beberapa jenis makanan. Selanjutnya menunjuk orang-orang pilihan
untuk melaksanakan melakukan persembahan kegunung Pangandakan, orang yang
ditunjuk adalah orang-orang yang bertanggung jawab.
Setelah
persiapan sudah lengkap, maka berangkatlah rombongan itu dengan diiringi music
gong dan gendang. Sampai ditempat tujuan, puncak rasul diletakkan baik-baik,
ancak digantung dengan baik. saat music telah berhenti salah seorang sebagai
ketua rombongan persembahan menyampaikan segala hal ikhwal persembahan yang
diberikan kepada si Garutu. Tak lama kemudian dating angin semakin lama semakin
kencang tanda persembahan diterima. Saat itulah rombongan yang setia kepada
sultan itu harus bergerak cepat….lariiii…semuanya beranjak dari tempat itu dan
berlari secepatnya. Kalau tidak lari dengan cepat meninggal lokasi persembahan bisa
sekalian dimakan oleh si Garutu, makhluk gaib yang sangat besar itu. Karena
sudah dipersiapkan sedemikian rupa, berlaripun serempak, rombongan semua
selamat kembali kekeraton.
Malam
harinya persembahan dilanjutkan lagi oleh Sultan langsung, ritual dilakukan
sendiri oleh Sultan didamping oleh para tokoh wanita tua yang sudah biasa
melakukan ritual semacam itu. Ketika
Garutu dating keratin terasa bergoyang seperti ada gempa bumi (lindur). Bukti
persembahan dan persahabatan diterima, nasi ketan yang sudah dibentuk seperti
gunung bundar diatasnya yang disebut puncak rasul terlihat belah-belah. Bukti
tersebut disaksikan sendiri oleh Sultan. Kewajiban si Garutu menjaga keamanan
Keraton dari serangan dari udara dan serangan yang tidak terlihat oleh mata
atau serangan gaib.
Synopsis
dibuat pada hari Sabtu 29 Nopember 2014
PARA PELAKU
1.
U S M A N
2.
A L I
3.
I N N I T U A
4.
D A Y A N G S A T
U
5.
D A Y A N G D U A
6.
P E N A B U H G E
N D A N G
7.
P E M U K U L G O
N G
8.
P E N I U P S E R
U N A I
9.
PENATA LAMPU
10. PENATA PANGGUNG
11. S U T R A D A R
A
12. PROFERTY
Musik terdengar sayup-sayup, kemudian semakin keras dan pelan lagi,
suasana langit mendung, disudut - sudut muncul warna kemerahan terhalang awan.
Musik terus naik turun, keras, pelan.
1. Usman : Puncak rasul talla
siapkah ?
2. Ali : Talla Baliau…..
talla dua biji
Inni Tua talla manyiapkan
3. Usman : Baik, ……. Talamnya talla mu alau ndai lamari balakang
4. Ali : Talla
baliau,……….talla ndai antai
Pukuknya biris baliau
5. Usman : Biris-biris…… amun ada anu kaluppanmu,
baniapa. Kau dampa jadi tumbalnya?
6. Ali : Jangan damitu
baliau………… mati kita.
7. Usman :
Justru attu jangan pukuknya biris - pukunya biris, tapi kanyataannya ndada
biris.
8. Ali :
Biris baliau.
9.Usman : Biris sunggu,…….. bawa kamai,…puncak rasul
dangngan kalangkang anu talla musiapkanah
10. Ali : Inni
Tua…Baliau..( andak mangiau )……Innn
!!!
11. Usman: ( menyela ) Ali aku cada manyurumu riau-riau... Sana! sana kau!
12. Ali :
( menutup sungut ) au’ baliau
(bajalan… kamudian kaluar membawa puncak
rasul )
Mutaru Inni Tua, jalannya
di sana
( Dua buah puncak rasul yang telah diletakkan
masing-masing di dalam tabbak berkaki
dan kalangkang terbuat dari anyaman bambu bertali diisi empat macam ketan berwarna merah, putih, kuning, hitam, dan ayam panggang beserta
bubur putih dan merah ).
13.Usman : ( memeriksa satu
persatu )
Puncak rasul…….. puncak rasul…… kalangkang. Lakattan
puti,……lakattan ittam… mira………. Kuning…
Inni Tua cuba mu jallaskan kadiaku lakattan warna-warni
attu, supaya aku cada tasala waktu manyampaikan parsambaan ini di gunung
pangadakan.
14.Inni Tua : Tantunya Amma Usman
talla paam dan tau.
Satiap taun Sultan manyampaikan parsambaan nyami ini ka
Gunung Pangadakan.
15.Usman : Ya..ya..ya..aku talla
tau
16. Ali : Yah… kami talla
tau Inni
17. Usman : Lain attu
maksudku….aku ini karrap kaluppan
18.Inni Tua : Baik Amma
Usman.
Lakattan kuning ini rattinya pangganti sumsum anu
di dirinta.
19. Ali : Diri siapa Inni?
20.Inni Tua : Diri kita…..ya.. Diri
Sultan anu punya hajat
21.Ali,Usman : ( manggut-manggut
saling tatap )Lakattan ittam?
22.Inni Tua :
Lakattan ittam attu sabagai pangganti badan atau
dagingnta
23. Ali : Lakattan
mira pangganti dara anu di badannta, damitukan Inni.
24.Inni Tua : Na….bujur attu, gai
25.Usman : Saddangkan anu puti…. Aku talla ingat…sabagai
pangganti tullang anu di diri
26.Inni Tua: ( mengangguk )
Lakattan ampat warna attu adalah pangganti atau sabagai
simbul masing-masing bagian badanta ini.
Ia attu punya arti dan makna anu sangat
mandalam dan mandasar.
27. Ali :
Baliau, amun ndada sala di acara pangubatan dan mandirikan ruma juga
ndada katinggalan Kalangkang damitu.
28.Inni Tua : ( tersenyum hambar
– mengiyakan )
29.Usman : Lamun upacara damitu,
sajjak dulu aku talla tau Ali.
ndada parlu mubarritau.
30. Ali :
Maksudku lain mambaritau baliau, tapi mangingatkan … kalau-kalau baliau lupa waktu
manyampaikan.
31. Usman : Manyampaikan apa ?
32. Ali : Manyampaikan
kalangkang
33. Usman : Kalangkang….. kamana ?
34. Ali : Kagunung
Pangadakan
35.Usman : Kita mambicarakan parsambaan ka Gunung Pangadakan.
Kau babicara masala kalangkang pangobatan dan mandirikan
ruma. Cadada hubungannya. Ali… kau ini sambarangan saja
36. Ali : Aduh…. Aku
sambarangankah
37.Inni Tua : Ali mu panggil
pamusiknya
Ntai aku maliat diurang talla basiap-siap, mataari talla tinggallam
38. Ali : Siap
Inni…..sakarang Inni…
39.Inni Tua : ( mengangguk )
40.Usman : Au sakarang, mukira jampaikah?
41. Ali : Ya, ya..
42.Inni Tua: Usman, kau harus sunggu-sunggu siap
dan cakatan, jangan sampai
tarjadi nyami babarapa taun lalu……….
Waktu attu ada salah satu andai rumbungan pangantar
parsambaan anu talambat balari maninggalkan jalan parsambahan di sumur gunung
Pangadakan, akibatnya harus manjadi tumbal dimakan jin Pangadakan.
Si Utui maninggal jadi kurban tumbal parsambaan taunan.
43.Usman : Aku jua marasa was-was
Inni.
Aku ditugaskan Sultan manjadi katua rumbungan parsambahan
ini lagi.
44.Inni Tua : Itu Kaparcayaan
Sultan anu dibarrikan…….
Tugas mulia attu harus kau jaga…..kau laksanakan dangngan
baik dan bartanggung jawab.
Walaupun harus mangurbankan nyawa sakalipun…. Tugas ini
tugas mulia Usman.
45.Usman : Aku tahu Inni,…. Dan….. pangalaman babarapa
taun lalu sangat mangiris parasaan dan ati sanubaringku.
Yach, aku baharap taun ini jangan sampai ta – ulang
paristiwa anu sangat manganaskan attu.
46.Inni Tua: Aku ingatkan lagi Usman,…. Amun kau talla
sampai dijalan parsambaan mumainkan musik dulu babarapa waktu, jangan jua
bakaya lawasnya. Na…amun musik talla diam……….
Mudangngarkan suara alam anu gemirisik, mupusatkan
kaparais pikkiran dan parhatianmu dangngan kata-kata anu kandia mu uccapkan……
kamudian mutaru puncak rasul diatas daun pisang anu talla musiapkan ndai sini.
Gantung dua kalangkang attu……….. na…satalah attu jangan
dangkita tunggu-tunggu lagi, langsung saja kaparais rumbungan balari
sacappatnya maninggalkan jalan attu.
Harus mu ingat bah sabagai katua rumbungan, jangan sampai
ada anu katinggallan….. lari saja dangkita.
Amun dangkita talla baniang ka gunung anu sabuting. Baru dangkita dapai mangambil
napas panjang.
Rattinya pakarajjaan dangkita talla biris dan salamat
dangkita mulang karuma.
47. Usman : Au Inni tarima kasi
bah kau mangingatkan……..Inni kau
lumpai juakah
dalam rumbungan hari ini
48.Inni Tua : Aku talla tua gai,
aku talla maminta ijjin dangngan Sultan.
Aku talla cada kuat lagi Amma Usman
49.Usman : Syukurlah amun damitu
Inni.
50. : ( Ali, Dayang dan penabuh musik masuk
)
51.Inni Tua : Dangkita kaparais
talla siapkah?
52.Semua : Talla Inni
53.Inni Tua : Tugas
mulia ini harus dangkita laksanakan dangngan
baik.
Parsambaan ini
sakaligus mangubati dan manguatkan saluruh wilayah kasultanan Sambaliung
dangngan kampung-kampung dibawah kakuasaan Sultan.
Kita kaparais mamuhun kapada Tuhan Panguasa Alam Samista
ini mambarkati, salama sataun akan datang cada tarjadi sasuatu apapun atau
panyakit anu babahaya mancalakai…..manyarrang rakyat di kasultanan Sambaliung.
54.Semua : Tarrima kasi Inni.
55. Usman : Mari kita basiap-siap.
Amma-amma, Inda-inda kaparais anu hadir dijalan ini kami
rumbungan sagarra manuju Gunung Pangadakan, kami mamuhun dua restu kaparai nu
hadir agar kami mulang dangngan salamat.
Kaparais dangkita anu tarmasuk dalam rumbungan, Sultan
bapassan “Laksanakanlah tugas ini dangngan iklas dan tulus, jaukan ndai
prasangka buruk, niat cada baik, barsihkan ati dangngan satu tujuan
mangantarkan parsambaan sampai ka Pangadakan dan mulang dangngan selamat. Dua
rastu Sultan yang mulia manyartai rumbungan……..”
Dangkita mainkan musik attu…………. Kita sigra barangkat.
56. : ( Gendang dan gong bertautan diselingi tiupan
serunai yang mendayu-dayu. Puncak rasul di bawa oleh Usman dan Ali,
dibelakangnya dua orang dayang membawa masing-masing satu kalangkang.
Dibelakangnya panabuh musik. Berjalan pelan-pelan dengan langkah dan gerak yang
sama mengikuti irama. Turun naik beberapa gunung mendekati tempat persembahan.
Perasaan was-was dan takut mulai berkecamuk sesampainya dilokasi, musik semakin
kencang membelah hutan dan gunung-gunung. Musik keras itu agar didengar Jin
digunung dan hutan itu.
Kemudian suara gemerasak daun-daun semakin kencang
mendekati bersamaan dengan hembusan angin dan asap tipis menyelimuti. Artinya
jin sudah hadir, musik berhenti.)
57. Usman : ( manaru puncak rasul
diatas daun pisang )
58. Ali : ( Lumpai jua )
59.Usman,aLI: ( mangalau Kalangkang mangikat di batang kayu )
60. Semua : ( dudduk )
61. Usman : ( talla tannang
kaparais )
Puan si Garutu, Puan si Garutu, Puan Si Garutu panguasa
gunung dan uttan pangadakan kami datang lagi mamanui janji. Kami datang mambawa
sekaligus manyampaikan parsambaan, tardiri dari dua buah puncak rasul anu digawai ndai lakattan puti,
mira, kuning, ijjau dan dua buah Kalangkang anu baisi bubur puti dangngan bubur mira anu rassanya manis
sunggu, dangngan ayam panggang kadampa puan dan kalangkang anu isinya lakattan
mira, puti, kuning, ittam, sabagai pangganti diri kami kaparais. Nikmatilah
dangngan laap parsambaan anu kami barrikan ini.
Muhun mu salamatkan, jauhkan dari mara bahaya, karussakan,
dan panyakit. Taun kandai kami datang lagi mambawakan parsambaan anu sama untuk
puan.
Sambut dan tarerimalah apa-apa anu kami sampaikan ini,
malam kandia parsambaan kami lanjutkan di Keraton, langsung dipimpin ulih
Sultan.
Tarrima kasih puan.
Puan kami muhun parmisi.
( angin kencang menggoyang daun dan dahan-dahan, petir
beberapa kali menyambar )
62. Semua : Lariiiii…..lariiii…….!!!!!
63.Usman : Ayo cappat lari dayang-dayang, jangan
sampai tapisa ndai rumbungan
64.Dayang I: Au baliau ( tersengal-sengal )
65. Panabuh gong : Ali mu
tulung aku
66.Gendang : ( labu
taguling…ditinggalkan )
67. Semua : (masih berlari dengan
cepat walau terengah-engah)
68.Semua : (setelah
berlari cukup jauh dan sudah dianggap aman,
mereka
beristirahat kelelahan)
….diam
ditempat dengan gaya yang berbeda diam
beberapa detik. Selamat
dan semua ribut bergantian
mengucap syukur….saling tatap dan tersenyum…..
lagi mengucap syukur.
S e l e s a i