Minggu, 09 Oktober 2016

DIANKURUNG TRADISI NYALAKAN LAMPU ORANG BERAU TEMPO DULU



DIANKURUNG

Lampu yang dibuat secara tradisional oleh masyakat Berau berwarna warni dikenal dengan nama Diankurung. Lampu dengan nama Diankurung biasa dibuat dari kaleng bekas susu kental, tengahnya diberi lubang untuk menusukkan sumbu yang dibuat dari kain atau sumbu kompor, atau dari botol kecil sebesar botol kratingdaeng. Sama, botol diberi sumbu dengan kain yang dipelinting atau dari sumbu kompor. Bahan bakarnya dari minyak tanah/gas dicampur dengan minyak makan/goreng. Lalu dibuatkan wadah, warangka, atau tempatnya. Tujuan awalnya dulu, tempat lampu tersebut untuk menjaga lampu yang dinyalakan agar tidak mudah mati oleh tiupan angin. Berbentuk segi empat, bundar, bulat telur dan lain-lain. Bahkan ada yang dibuat berbagai model dan bentuk agar menjadi indah dipandang mata. Rangkanya dibuat dari bambu yang diraut halus dan dibentuk, lalu ditempelkan kertas (dulu namanya kertas minyak) atau kain warna-warni. Tempat yang dibuat sedemikian rupa sebagai penghalau angin itu disebut masyarakat Berau Kurung. Sedangkan Lampu yang dibuat dari kaleng susu atau botol kecil disebut Tanju atau Dian. Menyatunya Dian dan Kurung itu dikenal dengan nama DIANKURUNG. Lampu yang sudah punya warangka atau tempat yang dibuat indah itu dinyalakan dan dipasang hanya waktu malam saja. Lampu terlihat indah dan berwarna serta terhindar dari tiupan angin, tidak mati. Diletakkan di meja kecil dihalaman rumah, ditepi jalan, atau ditepi sungai. Untuk memudahkan meletakkan Diankurung, oleh masyarakat sepanjang jalan dibuatkan tempat dari bamboo yang sedang-sedang besarnya, ditancap ke tanah dengan tinggi barang satu meter. Lampupun  sudah siap diletakkan diatas bambu yang sudah ditancap sebagai penerang jalan dimalam hari.
Apabila dipasang banyak disepanjang jalan, disepanjang tepian sungai, maka suasana menjadi meriah dan indah. Sekarang boleh diganti dengan lampu penerang dari listrik, wadahnya dibuat dari kaca, plastik, atau jenis lain yang tidak mudah pecah dan aman, dibentuk sedemikian rupa dan dipasang ditepi sungai sepanjang Gunung Tabur, sepanjang tepian Sambaliung dan atau dipasang disepanjang tepian jl A. Yani, jl. Pulau Derawan, dan Batumiang. Oooohhhhh yaaa pasti indah sekali.
Diankurung adalah sebagai upaya menggali potensi dan nilai-nilai budaya local yang kaya dan sarat makna dan filosofi, tetapi apabila dikembangkan lebih modern Diankurung tetap membuat keindahan kota dan sekitarnya. Ayo kita gali terus potensi local yang hebat dan bernilai tinggi, kreatif yang syarat makna dan filosifi.

ditulis oleh : Saprudin Ithur
episod 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar