DIANKURUNG
Lampu yang dibuat secara
tradisional oleh masyakat Berau berwarna warni dikenal dengan nama Diankurung.
Lampu dengan nama Diankurung biasa dibuat dari kaleng bekas susu kental,
tengahnya diberi lubang untuk menusukkan sumbu yang dibuat dari kain atau sumbu
kompor, atau dari botol kecil sebesar botol kratingdaeng. Sama, botol diberi
sumbu dengan kain yang dipelinting atau dari sumbu kompor. Bahan bakarnya dari
minyak tanah/gas dicampur dengan minyak makan/goreng. Lalu dibuatkan wadah,
warangka, atau tempatnya. Tujuan awalnya dulu, tempat lampu tersebut untuk
menjaga lampu yang dinyalakan agar tidak mudah mati oleh tiupan angin.
Berbentuk segi empat, bundar, bulat telur dan lain-lain. Bahkan ada yang dibuat
berbagai model dan bentuk agar menjadi indah dipandang mata. Rangkanya dibuat
dari bambu yang diraut halus dan dibentuk, lalu ditempelkan kertas (dulu
namanya kertas minyak) atau kain warna-warni. Tempat yang dibuat sedemikian
rupa sebagai penghalau angin itu disebut masyarakat Berau Kurung. Sedangkan Lampu yang dibuat dari kaleng susu atau botol
kecil disebut Tanju atau Dian.
Menyatunya Dian dan Kurung itu dikenal dengan nama DIANKURUNG. Lampu yang sudah punya warangka atau tempat yang dibuat
indah itu dinyalakan dan dipasang hanya waktu malam saja. Lampu terlihat indah
dan berwarna serta terhindar dari tiupan angin, tidak mati. Diletakkan di meja
kecil dihalaman rumah, ditepi jalan, atau ditepi sungai. Untuk memudahkan
meletakkan Diankurung, oleh masyarakat sepanjang jalan dibuatkan tempat dari bamboo
yang sedang-sedang besarnya, ditancap ke tanah dengan tinggi barang satu meter.
Lampupun sudah siap diletakkan diatas
bambu yang sudah ditancap sebagai penerang jalan dimalam hari.
Apabila dipasang banyak
disepanjang jalan, disepanjang tepian sungai, maka suasana menjadi meriah dan
indah. Sekarang boleh diganti dengan lampu penerang dari listrik, wadahnya
dibuat dari kaca, plastik, atau jenis lain yang tidak mudah pecah dan aman,
dibentuk sedemikian rupa dan dipasang ditepi sungai sepanjang Gunung Tabur,
sepanjang tepian Sambaliung dan atau dipasang disepanjang tepian jl A. Yani,
jl. Pulau Derawan, dan Batumiang. Oooohhhhh yaaa pasti indah sekali.
Diankurung adalah sebagai upaya
menggali potensi dan nilai-nilai budaya local yang kaya dan sarat makna dan filosofi,
tetapi apabila dikembangkan lebih modern Diankurung tetap membuat keindahan
kota dan sekitarnya. Ayo kita gali terus potensi local yang hebat dan bernilai tinggi,
kreatif yang syarat makna dan filosifi.
ditulis oleh : Saprudin Ithur
episod 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar