Teluk Sulaiman salah satu Destinasi Wisata Berau. disana ada Teluk yang indah dan aman dari hantaman ombak dari laut, ada peninggalan Belanda Pabrik Penggergajian, ada Pulau Sigending, dan mangrove yang sangat indah dengan alur sungai ditengahnya. disana juga ada pelabuhan kapal rakyat, dan bisa dijadikan tempat bersantai ria.
Minggu, 30 Oktober 2016
TELUK SULAIMAN KEC. BIDUK-BIDUK
Teluk Sulaiman salah satu Destinasi Wisata Berau. disana ada Teluk yang indah dan aman dari hantaman ombak dari laut, ada peninggalan Belanda Pabrik Penggergajian, ada Pulau Sigending, dan mangrove yang sangat indah dengan alur sungai ditengahnya. disana juga ada pelabuhan kapal rakyat, dan bisa dijadikan tempat bersantai ria.
GUNUNG BATU BELAH PEGUNUNGAN NYAPA
Salah satu sudut pegunungan Nyapa masuk kedalam sungai Kelai. Seolah gunung itu berdiri tegak lurus dan menghantam sungai. Air sungai menggerus kaki Gunung Batu Belah, menjadikan sebagai sebuah tontonan yang sangat menarik. Aku terus terang sangat terpesona. Aku saat ini berada di Kaki Gunung Puncak Langit. Karena saat aku berada dekat sekali dengan Kaki Gunung Nyapa, yang aku liat air sungai masuk keperut gunung sangat deras lalu keluar lagi berangkat menuju kehilir, Gunung Batu Belah yang sangat kokoh, lihat diseberang hijau daun pepohonan, lihat keatas puncak gunung berjalan mengikuti langit.
Makanya aku katakan aku berada :
AKU SAAT INI BERADA DI KAKI GUNUNG PUNCAK LANGIT
Yang berminat menyaksikan langsung dan berada dekat dengan kaki gunung yang terjun kesungai hubungi Saprudin 085249518790 atau 0554 2021166
sekaligus mau tracking kegunung Nyapa juga boleh, lihat gua Petau yang penuh Misteri dengan pemakaman yang sangat indah juga boleh. pokoknya asik dan menantang buanget...........
SUNGAI KELAY YANG INDAH DAN ASRI
Perjalanan naik perahu ketinting disungai Kelay Kabupaten Berau, Kaltim menuju pegunungan Nyapa. Di pegunungan Nyapa adalah kawasan Hutan Lindung yg asri, damai dan lestari. Banyak terdapat Gua, diantaranya adalah Gua Pemakaman suku Dayak Ga'ai seperti Gua Petau dan Gua Pesai Senguk. Tempatnya digua pegunungan Nyapa dengan terengan gunung yg sangat terjal, tetapi sangat asik dikunjungi, tempat eksotik, menantang dan yg pasti membuat jadi segar dan sehat.
Minggu, 23 Oktober 2016
Selasa, 11 Oktober 2016
Senin, 10 Oktober 2016
"SIKUNTUM TAKLAMUN" KISAH DARI KAMPUNG MERANCANG ULU
SI
KUNTUM
BATU
AJAIB
oleh : SAPRUDIN ITHUR
I. KAMPUNG MARANCANG ULU
Dinihari dinginnya menusuk sampai
sum-sum, tidak bisa lagi tidur telentang meluruskan kaki dengan kencang. Dingin
yang menusuk sampai kedalam sum-sum itu, membuat tidur sang manusia tambah
pulas, tetapi dengan bersedekap merapatkan kaki merapat kepaha, dan merapatkan
lutut sampai kedada. Tidur dengan miring, tubuh dikecilkan dada merapat dengan
lutut, ujung kaki ditarik sampai rapat dibelakang paha. Dengan demikian tubuh
terasa lebih hangat. Apapun selimutnya tidak perduli yang penting dapat
mengusir dingin, dan tidurnya tambah lelap. Amboi begitulah dinginnya membuat
semua orang lelap sepanjang malam, lupa dengan matahari yang sudah mengintip
disela-sela dedaunan dan masuk kedalam rumah kecil ditepi sungai yang
berdindingkan kajang terbuat dari daun nipah. Dipagi hari seperti itu embun
menumpuk-numpuk, ada yang merangkul pohon setinggi enam meter daunnya lebat dan
membundar. Embun membungkus pohon subur itu, Nampak dari kejauhan seperti
bundaran salju putih yang membentuk gunung kecil. Sedangkan daun-daun pohon
rengas itu tidak nampak, sudah dibungkus
embun dipagai hari. Kumpulan-kumpulan embun dipagi hari yang menumpuk di sana-sini
itu disebut orang Barrau Karang Ambun.
Karang ambun atau tumpukan embun dipagi hari tersebut masih ada sampai
sekarang, tetapi tidak seindah dulu lagi, tidak sebanyak dulu lagi.
Munculnyapun sangat jarang, kecuali saat pagi hari yang terasa dingin sekali,
matahari pagi yang ingin keluar ditutupi embun. Nah saat itulah dapat melihat
tumpukan-tumpukan embun yang dikenal dengan Karang Ambun itu.
Kampung Marancang Ulu salah satu
Kampung yang sangat tua, Kampung Marancang Ulu sudah dihuni manusia lebih dua
ratus tahun. Dibuktikan dengan banyaknya makam-makam tua yang masih menggunakan
nisan-nisan batu asli dipemakaman umum Kampung Marancang Ulu. Pemakaman umum
itu berada persis dibagian hulu kampung, diatas bukit yang tidak terlalu tinggi
pas berada ditepi sungai Marancang. Sejarah Kerajaan Berau yang berdiri sejak
tahun 1400 M juga menyebut nama Marancang dengan sebutan Banua Marancang. Disebut
Banua berarti penduduknya banyak dan lebih ramai dari perkampung yang ada di
Rantau-Rantau. Yang mendiami kampung Marancang Ulu asli orang Banua atau orang
Berau.
Kerajaan Berau yang berdiri pada
tahun 1400 berkedudukan di sungai Ullak, didalam sungai Lati. Sedangkan air
sungai Lati tumpah ruah masuk ke sungai Berau yang juga dikenal dengan nama
sungai Kuran. Dari sungai Berau airnya menyusur terus kehilir tidak kurang dua
puluh kilo meter sampai ke muara dan menyatu dengan air laut yang asin. Raja
pertama kerajaan Berau adalah Baddit Di Pattung dengan gelar Adji Surya Natakesuma, permaisurinya Baddit Di
Kurindan dengan gelar Adji Parmaisuri. Raja Adji Surya Natakasuma memerintah
degan arif dan bijaksana. Selama 34 tahun memerintah, kerajaan Berau dulu yang
hanya membawahi lima Banua dan dua Rantau semakin luas wilayahnya. Dahulu belum
ada Kesultanan Bulungan dan Kesultanan Tanah Tidung, wilayah itu semua dikuasai
kerajaan Berau. Kerajaan Berau yang makmur dan semakin meluaskan wilayahnya
sampai di Kina Batangan berbatasan dengan Suluk, wilayah selatan sampai Tanjung
Mangkalihat berbatasan dengan Kerajaan Kutai, sedangkan lautnya berbatasan
dengan selat Sulawesi.
Kedudukan kerajaan Berau di sungai
Ullak Rantau Pattung, tidak terlalu jauh dengan Kampung Marancang Ulu. Begitu
keluar dari sungai Ullak masuk sungai Lati, dari sungai Lati keluar menuju
sungai Barrau. Dari muara sungai Lati kehilir mengikuti sungai hanya sekitar
empat kilo meter sudah sampai di Kampung Marancang Ulu. Dari Kerajan Berau pada
masa itu Banua Marancang sebagai Banua yang terdekat dengan pusat Kerajaan.
Wilayahnya sangat subur, dibelakang kampung tanah datar yang sangat luas untuk
dijadikan lahan pertanian pasang surut.
Kedudukan pusat Kerajaan, Banua
dan Rantau semuanya berada di bibir sungai dan bibir pantai. Sungai adalah
kehidupan, sungai adalah urat nadi, karena sungai satu-satu sebagai alur jalan
raya untuk menghubungkan pusat Kerajaan dengan Banua dan Rantau lainnya.
Sedangkan laut sebagai penghubung wilayah lain diluar kerajaan seperti ke
Kerajaan Suluk di Filipina Selatan, Kerajaan Berunai, kerajaan Kutai di sungai
Mahakam, dan beberapa kerajaan di Makassar.
Hubungan dagang yang saling
menguntungkan berjalan dengan baik, persahabatan terjalin dengan baik,
kapal-kapal dagang masuk dan keluar hilir mudik, perahu-perahu layar Bugis juga
tidak ketinggalan, kapal dari negeri yang sangat jauh juga datang membawa
dagangan seperti gerabah, tempayan, lesung, cobek, sejenis porselin, manik-manik,
dan gong. Barang tersebut pada masa itu adalah barang yang sangat mewah dan
mahal. Gerabah, tempayan, guci porselin, manik-manik dijadikan barang yang
terhormat. Bagi orang Dayak barang itu sangat dihormati, waktu mati dimasukkan
dalam peti mati. Gong dan tempayan yang berusia ratusan tahun jadi pusaka yang
sangat dihormati pula. Kemudian semakin maju muncullah barang-barang seperti
piring, mangkuk kecil dan besar, talam dari kuningan, ceret dan peralatan rumah
tangga dari serba kuningan.
Kampung Marancang Ulu sampai saat
ini masih bertahan dan masih ada, walaupun pertumbuhan dan kemajuannya diakui
masih lambat. Penduduknya sangat ramah, dan siap menerima kedatangan tamu dari
mana saja. Dari kota Tanjung Redeb Berau hanya empat puluh kilo meter saja. Dapat
dijangkau dengan naik kendaraan roda dua ataupun roda empat, tetapi bagi yang
ingin menikmati alam melalui jalur sungai juga bisa dengan menggunakan perahu
bermesin ketinting atau boat. Pada tahun 2014 diujung Kampung Marancang Ulu
dibangun sebuah jembatan untuk menyeberang ke Kampung Pulau Besing. Tujuan
dibangunnya jembatan tersebut adalah upaya untuk memutuskan mata rantai kata
“Kampung Pulau Besing terisolir”. Sekaligus menjadikan Kampung Pulau Besing
sebagai sentera produksi Udang Galah dan udang sungai lainnya, dan sebagai
destinasi wisata monyet Bekantan. Pertengahan tahun 2015 jembatan yang
menghubungkan Kampung Marancang Ulu dengan Kampung Pulau Besing sudah dapat
dipergunakan.
II. BERBURU
Mata pencaharian orang-orang dulu
di kampung-kampung pada umumnya adalah berkebun, mencari hasil hutan, berburu,
dan nelayan. Yang tinggal jauh dipedalaman tentu mata pencaharian utamanya
adalah berkebun, menanam padi gunung atau menanam padi dilahan kering dengan
cara menugal, mencari hasil hutan, dan berburu. Sesekali untuk kebutuhan mereka
memancing ikan disungai atau didanau terdekat. Yang berdomisili dekat dengan
laut, mereka menjadi nelayan mencari ikan dilaut. Yang tinggal disekitar sungai
Kuran atau sungai Berau, mereka berkebun, menanam padi sawah pasang surut,
mencari hasil hutan, nelayan disepanjang sungai Berau, dan berburu.
Sungai Berau sangat menjanjikan,
selain airnya melimpah dengan lebar sungai yang cukup luas, kaya dengan ikan-ikanan
seperti ikan patin, ikan baung, ikan kuntabi, ikan lais, ikan salap, ikan
saluang, ikan palau, ikan jallau, dan udang sungai. Berbagai jenis udang, ada
buntali, tampasik, udang batalur, dan udang galah. Dipedalaman ada ikan patin,
ikan salap, ikan sappan, ikan baung, ikan munjuk dan lain-lain. Di sungai Kuran
atau sungai Berau sampai nun kepedalaman juga banyak dihuni buaya, ular, bulus,
dan kura-kura.
Kalau ingin makan daging dengan
puas, maka satu-satu cara harus berburu, memasang perangkap, atau memasang
jerat. Yang paling mudah tentu dengan berburu binatang didalam hutan. Masuk hutan belantara yang sangat luas.
Dihutan tersedia binatang seperti kijang, pelanduk (kancil), payau (rusa),
babi, landak, banteng, badak. Dihutan Berau tidak ada binatang buas, yang ada
hanya Beruang, Rimaung daan (macan dahan), ular sawa (piton), dan berbagai
jenis ular berbisa. Dipohon tersedia berbagai jenis monyet, seperti lutung,
uat-uat, bekantan, bangkui (beruk), orang utan, siamang, monyet berjambul,
monyet merah (kelasi), berangan, kawitan, tupai, kucing hutan, kukang.
Kegiatan berburu pada umumnya
menangkap pelanduk, kijang, payau, dan landak. Keempat binatang buruan itu
dagingnya dimakan semua orang, oleh karena itu menjadi binatang buruan yang
diidolakan. Beda dengan babi, ular, monyet, dan rimaung daan, yang suka makan
dagingnya hanya orang-orang tertentu saja. Sedangkan banteng dan badak adalah
binatang yang sangat besar dan bertenaga sangat kuat, makanya tidak semua orang
mampu melawan dan menangkapnya. Setiap berburu yang paling diincar pasti
pelanduk, kijang, payau, atau landak.
Amma Usin yang tinggal di Kampung
Marancang Ulu pagi-pagi sekali berangkat berburu dengan membawa lambutan (lanjung/anjat). Lambutan
selain tempat membawa hasil buruan juga bisa menjadi tempat berbagai jenis
buah-buah yang didapat ditengah hutan. Membawa lambutan dengan cara digendong
dibelakang menggunakan tali yang dimasukkan melalui kedua belah tangan dan
kedua talinya disangkutkan dibahu seperti menggendong ransel. Senjatannya, Amma
Usin membawa Mandau dan tombak, didampingi beberapa ekor anjing pemburu yang
terlatih. Anjing-anjing itu paham benar bagaimana cara mengepung binatang
buruan seperti pelanduk, kijang dan payau. Begitu ia mengendus bau buruannya,
anjing-anjing tersebut langsung pergi dengan berpencar mendekati tempat
binatang buruan. Begitu ditemukan dikejar dan disalaknya dengan keras, pada
kesempatan tertentu anjing-anjing itu langsung menerkam dan menerjang binatang
buruan. Binatang buruan seperti pelanduk (kancil) dan Kijang langsung dapat
ditangkapnya. Dengan setia anjing-anjing itu menyerahkan hasil buruan kepada
tuannya. Tuannya pun mengerti kepada anjing pemburu kesayangannya. Daging perut
yang penuh lemak diiriskannya selebar-lebar telapak tangan dibagikan
masing-masing kepada anjingnya. Anjing-anjing itu memakan dengan lahap, seiris
itu sudah membuat mereka kenyang.
Tapi kali ini berbeda yang
dirasakan Amm Usin, berburu dengan membawa lambutan, tombak, dan Mandau sudah
jauh berjalan, telah mulai terasa lelah kaki melangkah, belum juga
anjing-anjing mengendus binatang buruan. Tapi ia sabar saja, berjalan terus,
berusaha terus sampai menemukan binatang buruan. Seekor pelanduk sekalipun
tidak masalah, yang penting ada hasil, yang penting ada yang dibawa pulang…….
Tiba-tiba anjingnya mulai menyalak, hatinya sumringah. Mudah-mudahan
binatangnya didapatkan. Amma Usin berusaha memperhatikan suara gonggongan
anjingnya. Kenapa anjing menyalak tidak pergi kemana-mana, menggonggongnya,
suaranya kenapa tidak berpencar. Apa binatangnya sudah didapatkan ? apakah
binatang yang didapat besar sekali ? sampai anjing-anjingku tidak bisa membawa
kehadapanku. Waaahhh….jangan-jangan……seharusnya binatang buruan itu lari
terbirit-birit ketakutan begitu melihat anjing pemburu yang siap menyerangnya.
Kemudian anjing-anjing itu mengejar kesana kemari, mengikuti jejak langkah
binatang buruan yang lari kencang berbelok-belok menghindari gigitan anjing.
Untuk melumpuhkan buruannya, anjing-anjing pemburu milik Amma Usin itu
menggigit punggung dan pipi pantat. Setelah kelelahan yang memuncak ditambah
dengan sakit luka gigitan anjing, akhirnya binatang buruan semakin kendor
larinya, semakin mudah melumpuhkannya…… tapi anjingnya menyalak tidak
kemana-mana, tidak berlarian mengejar kesana kemari, tapi gonggongannya tidak
berhenti bahkan semakin keras dan kencang. “Binatang apa yang didapat
anjing-anjing itu…..” tanya Amma Usin dengan heran.
Amma Usin langsung pergi
mendekati anjing-anjing yang masih menggonggong tidak berhenti itu. Cukup jauh memang, harus melintasi satu bukit,
dipuncak bukit berikutnya. Dipuncak bukit itu ada tanah datar selebar lapangan
bola. Seluas mata memandang terlihat dengan jelas. Hutan itu sangat lebat,
hampir sulit sinar matahari menerobos dedaunan yang tebal, tetapi dibawah
pohon-pohon besar dan raksasa itu lengang dan bersih. Ujung tanah datar
dipuncak bukit itu dapat terlihat dari sela-sela pohon-pohon yang tidak beraturan.
Pohon-pohon besar tiga kali bahkan sampai lima kali besar derum itu tumbuh
dengan kekar dan kuat, pohonnya lurus mengjulang tinggi. Ada yang dua puluh
meter, ada yang tiga puluh meter, bahkan ada yang lebih tinggi lagi.
Pucuk-pucuk pohon besar itu saling berebut tinggi untuk mendapatkan sinar
matahari langsung. Mencintai alam berarti mencintai hutan, mencintai hutan
berarti mencintai udara segar, udara segar sebagai paru-paru dunia…oleh karena
itu hutan tidak boleh ditebang semua untuk dijadikan lahan perumahan, lahan
perkebunan, lahan pertambangan, dan lahan pertanian. Hutan milik kita yang harus
kita jaga dan kita lestarikan. Manusia sangat membutuhkan hutan yang hijau
ranau untuk kehidupan dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk Tuhan
lainnya.
Ketika Amma Usin sudah sampai,
anjingnya masih menggonggong, tetapi tidak ada binatang yang didapatnya “mangapa dangkita ribut saja ini….bakaya
salak dangkita….cadada anu dangkita dapai” (mengapa kalian ribut saja
ini….bukan main menggonggong kalian….tidak ada yang kalian dapat). Kelima ekor
anjing Amma Usin menggonggong sambil duduk berkeliling berhadap-hadapan,
ditengahnya ada sebongkah batu sebesar telur bebek. Untuk menghentikan anjing
menggonggong, cepat-cepat ia ambil batu
itu. Anjing-anjing langsung diam dan sepi, mengerti bahwa batu yang tadi
digonggongnya sudah diambil. Anjing-anjing itu seperti kelelahan yang sangat,
nafasnya kencang, lidahnya dijulurkan panjang, masing-masing berdiri pindah
dari tempatnya semula.
Amma Usin mengamati batu sebesar
telur bebek yang sudah ada ditangannya…aneh…batu apa ini…tidak seperti
batu-batu biasanya. Setelah mengamati secara seksama….tetapi ia tidak mengerti
batu apa, kelebihannya apa, untuk apa, kenapa anjing-anjingku menggonggong dan
menungguinya sampai batu ini kuambil…….lalu batu sebesar telur bebek itu
dimasukkannya kedalam lambutan yang digendongnya sejak berangkat tadi, tapi
masih kosong. Batu sebesar telur bebek itulah isi pertama yang masuk kedalam
lambutannya. Sepanjang jalan ia sudah lupa dengan batu yang dimasukkannya dalam
lambutan. Dalam perjalanan pulang anjing-anjingnya yang pintar mampu menangkap
seekor pelanduk. Dan diperjalanan sempat mendapat buah yang baunya harum dan
menyengat, buah itu semacam durian…ya durian hutan namanya karatungan. Lambutannya berat dengan isi buah tersebut. Amma Usin
pulang dengan gagah. Yang ia tahu keluarganya pasti senang dengan kedatangannya
membawa hasil dari berburunya hari ini.
Mencarikan rezeki keluarga adalah
kewajiban seorang ayah, membahagiakan keluarga adalah bagian dari kebahagiaan
seorang ayah. Dengan membawa rezeki yang cukup untuk dimakan keluarga adalah
kebahagiaan tersendiri bagi seorang ayah. Ayah
atau Bapak dalam bahasa Berau disebut
dengan Amma, panggilan Amma Usin
berarti Bapak Usin atau pak Usin. Hurup H
biasanya dalam bahasa Berau hilang, maka disebut Usin. Ada kemungkinan nama
sebenarnya adalah Pak Husin yang disebut dalam bahasa Berau dengan Amma Usin.
Sebutan Rumah akan menjadi Ruma’,
kata Hutan atau Hitam menjadi Uttan dan Ittam. Hurup yang biasanya hilang dalam
kata Bahasa Berau antara lain hurup h,
o, dan e. Hurup h otomatis
hilang, sedangkan hurup o berubah
menjadi u, hurup e menjadi hurup a.
III. AMMA USIN BERMIMPI
Buah karatungan harumnya
menyengat sampai menyebar jauh, tetapi uniknya ketika dibelah. Buah durian
hutan itu tidak bisa dibelah atau dibuka seperti buah durian, kalau durian yang
sudah masak mudah sekali dibuka dan langsung isinya siap dimakan. Buah
karatungan tidak bisa dibuka seperti itu, buah karatungan harus dipotong tengahnya
dengan menggunakan parang yang tajam. Setelah dipotong menjadi dua, baru isinya
yang mirip dengan durian itu bisa dinikmati. Itupun isinya bersama bijinya
harus dicongkel dengan jari telunjuk
dulu baru bisa disantap. Harum memang isinya, dihidung tajam menyengat,
enak rasanya. Hampir mirip dengan rasa buah durian, makanya banyak yang
menyebutnya buah durian hutan.
Saat memotong buah karatungan
pasti ribut suaranya didapur, suara parang yang menghunjam tengah buah. Kalau belum
terpotong habis, parang terjepit dengan rapat ditengah buah, oleh karena itu
untuk memotong sampai habis, parang bersama dengan buah karatungan itu
dihempaskan kelantai beberapa kali, dan buah karatungan baru terpotong.
Hempasan beberapa kali kelantai dapur
rumah panggung itu membuat menjadi ribut, gaduh, dan terdengar sampai jauh.
Tetangga mendengarnya dari jauh, pasti memotong atau membelah sesuatu yang
keras seperti buah Lahung atau buah Karatungan.
Setelah buah karatungan
dikeluarkan dari lambutan, seekor pelanduk juga dikeluarkan dari lambutan.
lambutan dalam bahasa Banjar dikenal dengan Lanjung itu, tapi batu sebesar
telur bebek tidak dikeluarkan dari lambutan. Lambutan langsung digantung oleh
Amma Usin ditempat ia biasa menggantung lambutannya. Tempat menggantungnya
sudah tersedia, selama tergantung disana lambutan tidak kena hujan dan tidak
kena panas, tempatnya teduh, masih dibagian dalam rumah sederhana milik Amma
Usin bersama keluarganya.
Pelanduk atau kancil sebesar anak
kambing langsung dikuliti, isi perutnya dikeluarkan. Paha kaki depan dan paha
kaki belakang langsung dipisahkan dari tubuhnya, dipotong-potong hingga mudah
dimasukkan dalam panci, tubuh pelanduk juga dipotong dengan rapi. Daging
pelanduk yang lembut itu sebagian dibakar, dan sebagian lagi direbus ditambah
dengan bumbu secukupnya. Siap sebagai lauk santapan makan malam. Tidak lupa
tetangga dan keluarga dekat juga dapat bagian serba sedikit dari hasil buruan
Amma Usin.
Perkampungan ditepi sungai itu
sudah sepi, walaupun belum larut malam. Anak-anak sudah pada tidur walaupun
masih pukul 20.00 malam. Kebiasaan mereka, begitu setelah selesai makan malam,
siap-siap keperaduan. Kecuali malam bulan terang, anak-anak ramai bermain
dibawah sinar bulan purnama. Waktu bulan gelap, jarang ada anak-anak yang
bermain. Tidak jauh dari antara rumah, perkebunan dan sawah penduduk,
dibelakang sana sudah hutan belukar yang lebat. Setelah melintasi hutan belukar
sudah deh…masuk hutan belantara yang biasa dijadikan tempat berburunya Amma
Usin.
Amma Usin bersama istri dan anak-anaknya
bersiap-siap beristirahat malam. Lelah berjalan hampir sepanjang hari, Amma
Usin yang baru saja berbaring langsung tertidur pulas. Menghiasi malam yang
indah dan sunyi itu terdengar suara jangkrik bernyanyi, suara cacing gelang
didalam tanah nyaring meningkahi, dipohon kecil dekat dengan rimbunnya pohon
nipah kereriang melengkingkan suaranya yang nyaring menembus daun-daun,
menembus atap kajang dan dinding kajang rumah Amma Usin. Suara kereriang, suara
jangkrik, dan suara cacing gelang panjang tanpa putus-putus. Kapan ia harus
bernapas dengan suaranya yang panjang itu. Ternyata napasnya tidak terganggu, suara
nyaring yang keluar itu bukan berasal dari mulutnya, tetapi suaranya yang
nyaring itu ditimbulkan oleh getaran, gesekan bagian perut, bagian sayap, dan
bagian tubuh yang elastis. Dikejauhan suara burung hantu terdengar sekali-sekali,
tetapi lama terus bersuara sambung menyambung. Ayam hutan sekali dua kali
mengepakkan sayapnya dan lalu memperdengarkan suaranya yang keras, sangar, dan menakutkan. Dilain tempat jauh sekali, suara
rimaung daan (macan dahan) sesekali terdengar hilang-hilang tenggelam lampaui
gunung-gunung dan hutan nan luas.
Kampung ditepi sungai yang
dikelilingan hutan itu, mulai jam sebelas malam sudah dituruni embun seperti hujan
gerimis. Embun merata menutupi semua permukaan. Rumah-rumah kecil ditepi sungai
itu hampir-hampir tidak kelihatan tertutup embun. Malam yang larut semakin
dingin. Anak-anak semua tidur miring menghadap keutara dan keselatan, menarik
kedua lututnya sampai merapat dengan perut, kedua siku tangannya dirapatkan
kedada dan kedua telapak tangannya digenggam merapat ke dagu. Seperti itu
terasa lebih hangat. Dingin malam itu yang membuat mereka harus merapatkan
tubuh menjadi pendek seperti bayi dalam rahim ibu.
Tubuh Amma Usin yang berbeda, ia
tetap telentang seperti tidak merasa dinginnya malam yang menusuk sampai
ketulang belulang. Hanya mulutnya yang kamat kamit. Amma Usin bermimpi bertemu
dengan batu yang siang tadi ia ambil, yang siang tadi digonggong anjing, yang
siang tadi ia amati dengan seksama, yang siang tadi ia masukkan kedalam
lambutan, yang siang tadi sudah ia lupakan, batu sebesar telur bebek. Dalam
mimpi Amma Usin, batu itu berujar “jangan mu sambarangkan aku ini, karna aku
ini ada isinya….dibatu ini” batu bersama lambutan terlihat dengan jelas
dihadapan Amma Usin, batu itu
memberitahukan Amma Usin melalui mimpi dengan jelas dan terang. Batu bersama
lambutan masih nampak jelas dihadapan Amma Usin. Mimpi itu putus cukup lama
lalu lanjutnya “aku ini nyamanya Si
Kuntum…..Si Kuntum Taklamun” (aku ini namanya Si Kuntum…Si Kuntum Taklamun).
Amma Usin pagi-pagi sekali sudah
bangun, langsung membersihkan diri dan mandi di lanting tepi sungai tidak jauh dari rumahnya. Dingin embun pagi
yang tebal tidak mengganggu mandi Amma Usin. Matanya segar, telinganya segar,
hidungnya segar, seluruh tubuhnya segar, langsung melaksanakan perintah Tuhan.
Setelah selesai Amma Usin mengadukan mimpinya kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan
Semesta Alam. Siang harinya Amma Usin langsung mencari kain kuning. Batu
sebesar telur bebek itu dibungkusnya dengan rapi menggunakan kain kuning, lalu
diletakkan didalam lemari agar tidak terganggu.
Ceritera mimpi dan batu sebesar
telur bebek itu menyebar keseluruh kampung dan bahkan berkembang sampai
kekampung-kampung lain. Mendengar ceritera itu ada yang percaya dan ada pula
yang tidak percaya….dikatakan oleh yang tidak percaya, ceritera itu hanya
ceritera tahayul saja, ceritera yang tidak ada manfaatnya. Tetapi yang percaya
maupun yang tidak percaya banyak yang datang kerumah Amma Usin ingin melihat
secara langsung bagaimana rupa batu gaib yang ditemukan Amma Usin di tengah
hutan waktu sedang berburu. Masing-masing berkesempatan untuk memegang batu itu
secara langsung. Beratnya sedang-sedang saja, beratnya berkisar sepuluh kali
berat telur bebek. Kenapa lebih berat ?
ya karena benda itu batu. Dilihat sepintas ya batu biasa saja, tetapi bila
diamati dengan seksama batu itu seperti diukir dengan halus dan sangat rapi.
Siapa yang mengukir, siapa yang meletakkan batu itu ditengah hutan, siapa
pemilik batu itu? entahlah siapa yang bisa menjawabnya.
IV. TIDAK PERCAYA
Beberapa tahun kemudian tersebar
lagi keanehan batu bertuah Si Kuntum Taklamun. Masyarakat sekampung Marancang
Ulu dihebohkan dengan berita batu itu sekarang sudah menjadi besar. yang dulu
sebesar telur itik (bebek), sekarang sudah sebesar bola voly. Beratnyapun sudah
berubah tidak seringan dulu lagi, sekarang sudah berat. Bagi yang percaya,
orang baik, dan yang disenangi bisa dengan mudah mengangkat Si Kuntum Taklamun.
Tetapi yang tidak percaya tidak bisa mengangkatnya….menjadi sangat berat….berat
luar biasa.
Pada suatu hari ada beberapa
orang yang tidak percaya dengan berita itu, datang kerumah Amma Usin. “masa
batu sebesar bola voly saja tidak bisa diangkat…bohong itu semua….tidak
mungkin….coba aku buktikan”. Berangkatlah mereka menuju rumah Amma Usin.
Sesampai disana dengan pongah mereka mengatakan “kaluarkan batu attu..aku
tarrus tarrang gai cada parcaya anu tahyul damitu attu…sini batu attu kuangkat
maningguang” (Keluarkan batu itu…aku terus terang teman tidak percaya yang
tahayul itu…. Sini batu itu ku angkat sendirian). Amma Usin sipemilik barang
menerima semua yang datang dengan tersenyum dan penuh suka cita.
Apa yang terjadi, ternyata benar
batu yang dikenal dengan Si Kuntum itu tidak bisa diangkat oleh si pulan, ia
coba beberapa kali dengan seluruh tenaga yang ia miliki tetap tidak bisa
diangkat, sampai merah mukanya. Kemudian masih juga tidak bercaya, mereka
angkat berdua. Mereka angkat dengan sekuat tenaga, batu itu tetap tidak bisa diangkat.
Kesal campur heran, risih campur malu terlihat diwajah mereka yang tidak
percaya. Akhirnya yang tidak percaya itu geleng-geleng kepala lalu meninggalkan
rumah Amma Usin dengan rasa malu ditambah dengan sejuta pertanyaan…aneh….memang
aneh…..tapi…kenyataannya demikian adanya…kami tidak bisa mengangkat….benda itu
hanya sebesar bola voly saja…...
Sejak diketahuinya Si Kuntum ada
di Kampung Marancang Ulu, dengan segala keunikan dan keanehannya Si Kuntum
Taklamun, banyak orang yang datang ke Kampung Marancang Ulu untuk melihat batu
bundar berukir halus sebesar bola voly itu. Banyak yang mohon petunjuk kepada
si Kuntum Taklamun untuk perjalanan hidup, pada umumnya terkabul dan berhasil. Semua
itu pasti membuat orang semakin percaya dengan Batu bertuah Si Kuntum Taklamun
di Kampung Marancang Ulu Kecamatan Gunung Tabbur Kabupaten Berau Provinsi
Kalimantan Timur. Yang ingin melihat langsung Batu Si Kuntum Taklamunm silahkan
datang……
Tanjung Redeb, 2 Agustus 2014
Dibenahi lagi Minggu, 22 Pebruari 2015
Informan : ketua Adat Kampung Marancang Ulu Amma Syahran, tahun 2013
Saat pak Syahran berceritera didengarkan puluhan orang,
semuanya membenarkan hal ikhwal ceritera tersebut.
Yang
bersangkutan diwawancarai penulis saat melakukan penelusuran Raja Pertama Berau
di Sungai Ullak di Gunung Pattung tahun 2013
PULAU KAKABAN OKE BUANGET
PULAU
KAKABAN
DANAU
KAKABAN SYURGANYA UBUR-UBUR ENDEMIK
Oleh : Saprudin
Ithur
Adrenalin sang pelancong yang hobi menikmati keindahan alam
Indonesia yang luar biasa dari jutaan destinasi
wisata khususnya alam Bahari Kabupaten Berau Kalimantan Timur yang di
kenal dengan kepulauan Derawan yang indah dan eksotik saat ini dikenal dengan Syurganya
Para Pelancong, masih dikawasan kepulauan Derawan mari kita jalan-jalan ke
Pulau Kakaban. Sebelum masuk ke Pulau Kakaban kita kenali lebih dahulu
Kabupaten Berau secara utuh.
Kabupaten Berau salah satu dari 9 Kabupaten/Kota di
Kalimantan Timur setelah 5 Kabupaten Kota yang ada di Kaltim memisahkan diri
menjadi Provinsi Kaltara. Kabupaten Berau dengan luas wilayahnya34.127 Km2 atau
3.426.070 ha dengan luas Laut sekitar 1.222.988 ha. Kabupaten Berau berbatasan
dengan Kaltara di sebelah Barat dan Utara, Selat Makassar disebelah Timur, dan
Kabupaten Kutai Timur disebelah Selatan.
Kabupaten Berau memiliki keindahan alam yang luar biasa,
keindahan alam tersebut sudah ada sedemikian rupa. Disamping itu Kabupaten
Berau juga memiliki wisata budaya dan wisata
sejarah, serta memiliki gua-gua gunung kars yang pernah didiami manusia
sejak 3000 sampai 6000 tahun yang lalu. Untuk datang kekawasan destinasi wisata
dari kota Tanjung Redeb sangat mudah, trasportasi darat, laut, dan sungai mudah
didapat. Pelancong ingin datang ke Kabupaten Berau telah dimanjakan dengan
kemudahan trasportasi udara. Bandara Kalimarau Kabupaten Berau sudah didarati
pesawat besar boing 737 seperti Sriwijaya, Wing Air, Garuda, dan Kalstar. Naik
pesawat dari Jakarta-Balikpapan-Berau, dari Bali-Balikpapan-Berau, dari
Surabaya-Balikpapan-Berau, dari Jojakarta-Balikpapan-Berau, dari
Makassar-Balikpapan-Berau, dari Samarinda-Berau, dari Tarakan-Berau. Jalan
darat bisa dari Malinau-Bulungan-Berau, dari Samarinda-Bontang-sangata-Berau.
Lewat laut dari Pilifina atau Kinabalu Malysia-Kepulauan Derawan/Maratua, dari
Balikpapan-Berau, dari Samarinda-Berau, dari Surabaya-Berau. Hotel, Penginapan,
losmen, Cotage, dan homestay sudah tersedia dikota maupun di destinasi wisata.
Jadi mau apa lagi…..ayo datang ke Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur
Indonesia.
Kawasan laut Kabupaten Berau dikenal dengan kawasan wisata
bahari yang indah dan eksotik terdiri dari 31 pulau-pulau kecil, yaitu pulau
Semut, pulau Andongabu, pulau Bakungan, pulau Bulingisan, pulau Derawan, pulau
Maratua, pulau Nunukan, pulau Panjang, pulau Rabu-rabu, pulau Sangalaki, pulau
Sangalan, pulau Sepinang, pulau Semama, pulau Sidau, pulau Talaung, pulau
Pabahanan, pulau Kakaban, pulau Sambit, pulau Blambangan, pulau Mattaha, pulau
Bilang-bilangan, pulau Balikukup, pulau Kaniungan Besar, pulau Kaniungan Kecil,
pulau Manimbora, pulau Lungsuran Naga, pulau Guntung, pulau Lalawan, pulau
Badak-badak, pulau Tidung, dan pulau Tempurung. selain itu masih terdapat
beberapa gosong atau gundukan pulau pasir putih ditengah laut dan atol, seperti
gosong Mangkalasa, gosong Masimbung, gosong Buliulin, gosong Pinaka, gosong
Tababinga, gosong Lintang, gosong Muaras, dan gosong Malalungun. Dari 31 pulau
tersebut diatas yang berpenghuni hanya 4 pulau yaitu pulau Derawan, Pulau
Maratua diwilayah utara, Pulau Balikukup, dan Pulau Kaniungan Besar di wilayah
selatan Kabupaten Berau. Sedangkan Pulau-pulau yang sangat terkenal saat ini
adalah Pulau Derawan, Pulau Kakaban, Pulau Sangalaki, Pulau Maratua, pulau
Samama dan pulau Panjang.
Mari kita mulai mengenali lebih dekat Pulau Kakaban dan
sekelilingnya dengan Danau Ubur-ubur endemik yang tiada tara dimuka bumi.
Pulau Kakaban Dengan Danau Ditengahnya
Pulau Kakaban dengan luas 774,20 ha adalah pulau batu yang
sangat keras dikenal dengan kars. Berkunjung ke Pulau Kakaban seolah
mengunjungi “Jurassic Park” karena puluan Kakaban yang tidak berpenghuni itu
merupakan laguna dari sebuah atol purba yang terangkat kepermukaan dan
terbentuk dari karang lebih dari dua juta tahun lalu (information of Tourism
Destinations Berau Regency, Dibudpar Berau, 2013). Disana terdapat gua-gua batu
karang yang dimanfaatkan oleh burung-burung walet sebagai rumah atau sarang,
hasil proses geologis ribuan tahun serta danau yang airnya tidak seasin air
laut disekitarnya. Di Danau Kakaban hidup biota yang biasa hidup ditemukan di
air laut, seperti alga, anemon laut, 4 jenis ubur-ubur yang tidak menyengat
yang jumlah mencapai jutaan, spons, ketimun laut atau teripang, kepiting dan
berbagai jenis ikan kecil. Danau Kakan merupakan saudara dari danau yang ada di
mekronesia. Bedanya, jumlah dan jenis spesies biota yang dikandung Danau
Kakaban lebih beraneka ragam dan istimewa. Pulau Kakaban hanya menjadi tempat
kunjungan wisatawan dan tidak ada fasilitas penginapan dan rumah makan. Kalau
tempat menginap dan makan ada di Pulau Derawan dan Pulau Maratua. Pengunjung atau wisatawan yang datang ke
Pulau Kakaban harus turut menjaga keaslian dan kelestarian pulau dengan tidak
membuang sampah kedalam danau atau di sekitar danau dan tidak mengganggu dan
merusak seluruh batu karang, semak belukar, pohon-pohon, burung-burng dan atau
apa saja yang ada di Pulau Kakaban. Pulau Kakaban adalah salah satu pulau
Korservasi Laut dan diusulkan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia.
Danau ditengah pulau batu karang seperti Danau Kakaban ada di
Pulau Palau Mekronesia, selain itu ada di Pulau Maratua, Wakatobi Sulawesi
Tenggara, dan Raja Ampat di Papua. Diseluruh dunia hanya ada lima pulau kars
batu karang yang memiliki danau dengan kehidupan biota yang sangat unik dan
luar biasa, empat diantaranya ada di Indonesia dan hanya satu yang ada di luar
negeri, diantara empat yang ada di Indonesia, dua diantaranya ada di kawasan
wisata bahari kebanggaan Kalimatan Timur di Kabupaten Berau yaitu Danau Pulau Kakaban dan Danau di Pulau
Maratua. Oleh karena itu ngapain pergi jauh-jauh keluar negeri, dinegeri
sendiri tersedia tujuan wisata yang tiada tara dan tiada duanya di dunia.
Achk…….apa lagi yang dipikir…..ayo tamasya ke Pulau Kakaban yang memiliki Danau
dengan ubur-ubur endemik didalamnya.
Letak Danau Kakaban:
Danau Kakaban terletak di Pulau Kakaban, sebuah pulau kecil tak berpenghuni
di pesisir timur Kalimantan. Posisinya sedikit di sebelah utara Tanjung
Mangkalihat, tegak lurus ke arah laut lepas dari muara Sungai Berau. Pulau
Kakaban memiliki panjang 6 km, lebar 2,5 km, dan luas 774,20 ha.
Sedangkan Danau Kakaban memiliki panjang 2,6 km, lebar 1,5 km, luas sekitar 390
ha dengan kedalaman maksimum 11 m. Secara administratif, pulau ini termasuk
dalam wilayah kecamatan Maratua, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Bentuk pulau
menyerupai angka 6 terbalik dan didominasi oleh dataran karst berbukit kecil
bahan induk dari batu kapur dengan lapisan tanah permukaan yang dangkal (<10
cm). Memiliki jenis tanah dengan top soil yang sangat dangkal. Vegetasi yang
terdapat di dataran berbukit ini cukup lebat namun secara ekologis tergolong
sangat rapuh. Di Pulau Kakaban terdapat hutan kapur seluas 695 ha dengan
kondisi yang masih baik. Seluruh pulau selain danau ditumbuhi hutan kayu dan
semak belukar yang lebat. Masuk kawasan Pulau Kakaban selain menikmati deburan
ombak yang menghempas kepantai dan batu karang, pantai Pulau Kakaban hanya
kelihatan waktu air laut surut saja, bisa menyelam disekitar pulau yang sedikit
landai, batu kars berbukit-bukit yang
ditumbuhi pohon-pohon besar dan kecil seperti tracking dihutan kars, begitu.
Baru kemudian berseda gurau dengan jutaan ubur-ubur di Danau Kakaban. Di Danau
selain bisa berenang secara alami, juga
bisa snockling, dan menyelam atau diving sampai kedasar danau yang dalam
maksimalnya hanya 11 meter.
Padang Lamun
Lamun
atau dikenal seagrass adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya
menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Lamun hidup di perairan
dangkal pada substrat pasir, lumpur, puing dan rataan terumbu pulau karang.
Secara ekologis memiliki fungsi penting bagi wilayah pesisir, yaitu :
1. Sumber utama produktivitas
primer;
2. Sumber makanan bagi organism,
misalnya penyu;
3. Menstabilkan dasar yang lunak;
4. Tempat berlindung organism dari
predator;
5. Tempat pembesaran beberapa
spesies ikan;
6. Peredam arus dan;
7. Tudung pelindung sinar panas
matahari bagi penghuninya.
Parameter
lingkungan utama yang mempengaruhi pertumbuhan lamun adalah kecerahan dengan
kedalaman kurang dari 10 meter, kisaran temperature optimum 28 – 30 derajat
celcius. Disekitar Pulau Kakaban terdapat padang lamun, padang lamun tersebut
dapat ditemukan di sebelah barat pulau yang mempunyai pantas relative landai
dengan tutupan hampir rata, sekitar 5 %.
Terumbu Karang
Terumbu
karang merupakan ekosistem khas yang terdapat didaerah tropis. Meskipun terumbu
karang ditemukan di seluruh perairan dunia, tetapi hanya di daerah tropis
terumbu karang dapat berkembang dengan baik. Didunia terdapat dua kelompok
karang yaitu karang hermatifik dan karang ahermatifik. Perbedaan kedua jenis
kelompok batu karang ini terletak pada kemampuan karang hermatifik didalam
menghasilkan terumbu. Kemampuan dalam menghasilkan terumbu tersebut disebabkan
oleh adanya sel-sel tumbuhan yang berseimbiosis didalan jaringa hermatifik.
Sel-sel tumbuhan ini dinamakan zooxanthellae. Terumbu karang disekeliling Pulau
Kakaban mempunyai tutupan rata-rata 27,12 % untuk karang keras dan 33,96 %
untuk karang hidup.
Cetacean dan Manta
Rays
Cetacean
adalah nama kelompok bagi paus (whale) dan lumba-lumba (dolphin). Perairan
Kawasan Konservasi Laut (KKL) Berau sebagai bagian dari selat Makassar
merupakan koridor migrasi cetacean. Selain itu cetacien juga banyak ditemukan
menetap dikawasan ini. Spesies yang mempunyai kemampuan migrasi sangat jauh
adalah Sperm Whale dewasa yang hidup di lintang tinggi dan bermigrasi ke
Indonesia lewat Selat Makassar untuk beranak ditempat yang hangat. Hasil survey
pada Oktober 2003 dari April sampai dengan Mei
2004 dietemukan lebih 856 individu cetacean terdiri dari 10 spesies yang
melintasi kisaran Pulau Maratua dan Pulau Kakaban. Sebagian besar individu
ditemukan antara 1-2 mil dari pulau dengan kedalaman 200 m, tepatnya perairan
sebelah timur Pulau Maratua dan Timur Kakaban (Maratua Canyon) cukup luas dan
dalam. Keberadaan lumba-lumba (spinner, spotted dan bottlenose dolphin) cukup
tinggi sebelah timur dan barat Pulau Kakaban. Diidikasikan perairan sekitar
Kakaban merupakan habitat untuk spinner, spotted, dan bottlenose dolphin.
Sedangkan Manta Ray di Kakaban adalah hanya menjadi lintasan sesekali saja,
tempat bermain diluar kerumunan, sedangkan pusat wilayahnya ada di sekitar
Pulau Sangalaki yang tidak terlalu jauh dari Pulau Kakaban. Begitu pula dengan
penyu tidak menjadikan Pulau Kakaban sebagai tempat bertelur karena sekeliling
pulau Kakaban adalah batu karang keras bukan pasir seperti Pulau Sangalaki atau
Pulau Derawan. Namun sekitar Pulau Kakaban ada tempat tertentu yang tidak
berbeda dengan sekitar Pulau Maratu yang dijadikan oleh kawanan penyu hijau
tempat bermain, tempat makan dan tempat kawin.
Ubur-ubur Endemik
Ubur-ubur
yang ditemukan di Danau Kakaban merupakan ubur-ubur endemik. Danau yang
terisolasi selama ribuan tahun ini hanya dihubungkan dengan saluran bawah air,
seperti gua dan terowongan (channel). Limpasan air karena pengaruh pasang surut
sangat kecil. Karena kondisi yang terisolasi tersebut, maka banyak terdapat
flora dan fauna endemik hidup dalam danau. Kolam air danau dipenuhi dengan
ubur-ubur yang tidak menyengat, yang terdiri dari 4 genera yang berbeda yaitu :
1) Mastiglas; 2) Cassiopela; 3) Aurelia dan; 4) Tripedelia. Taxa lain yang
terdapat melimpah di danau Kakaban, antara lain Alga (halimedia dan caulerpa),
Anthozoa asteroidean, Tunicate, Porifera dan, Molluska (Buku Saku Kawasan
Konservasi Perairan Kabupaten Berau, 2009).
Karakteristik
unik Pulau Kakaban adalah karena hewan herbivore bertulang belakang ditemukan
sangat sedikit, hanya herbivora makroinvertebrata. Oleh karena itu isolasi
geografis dari danau tersebut, maka
flora dan fauna sangat berbeda dengan perairan laut Pulau Kakaban. Kondisi yang
unik tersebut adalah pergerakan plankton, partikel organik terlarut, sedimen
dan nutrient oleh arus yang sangat terbatas. Dengan kata lain, transport
material seperti detritus dari sumber terrestrial dan hutan mangrove di Pulau
Kakaban hanya karena hujan. Akibatnya fauna yang terdapat di danau laut
tersebut telah beradaptasi secara khusus dalam menerima sumber karbon mereka.
Sebagai contoh sea anemone yang merupakan pemangsa satu-satunya ubur-ubur yang
terdapat di Danau Kakaban.
Untuk
berkunjung ke Pulau Kakaban sangat mudah, dari Balikpapan menuju Berau bisa
naik pesawat Garuda, Sriwijaya, Wing Air, dan Kalstar, setiap hari dua kali
penerbangan. Dari samarinda dan Tarakan bisa naik pesawat Kalstar, atau jalan
darat dari Samarinda, dari Bontang, dari Kutai Timur, dari Malinau, dari
Bulungan menuju Berau langsung menuju Tanjung Batu. Dari Tanjung Batu menuju
Pulau Kakaban banyak kendaraan laut speedboat, silahkan negosiasi harga sesuai
dengan kemampuan dan besarnya speedboat yang dipakai. Mudah sekali kok untuk
datang ke Pulau Kakaban Pulau Syurganya ubur-ubur endemik yang sangat langka di
dunia.
Langganan:
Postingan (Atom)