Jumat, 16 Februari 2024

MAKAM LUNGUN LIANG BATU LIBAS DESA SUWARAN BERAU KALTIM

 

LIANG BATU LIBAS

Oleh : Saprudin, M. Si

Pegunungan karts yang lebih dikenal masyarakat dengan pegunungan batu kapur, memanjang dari Tanjung Mangkaliat sampai di pedalaman sungai Lesan Kampung Merabu, luasannya dari wilayah Bengalon Kabupaten Kutai Timur sampai di wilayah Biatan, Tabalar, Suwaran, Nyapa, Merasa, Merapun, Merabu, Mapulu dan Panaan di wilayah Kabupaten Berau. Secara terpisah, pegunungan kapur itu ada di hulu sungai Lati, hulu sungai Birang kecamatan Gunung Tabur dan pedalaman sungai Segah. Pegunungan yang ada di kecamatan Gunung Tabur, kecamatan Segah serta pegunungan kapur Suwaran dan Pegunungan Nyapa di kecamatan Sambaliung semuanya masuk wilayah Kabupaten Berau. Hamparan pegunungan Kapur itu semuanya tidak kurang dari 250 ribu hektar persegi. Didalamnya kaya dengan batu kapur, kaya dengan flora dan fauna, kaya dengan air tawar, kaya dengan sejarah kehidupan dan peradaban manusia yang sudah berusia ratusan ribu tahun, dibuktikan dengan berbagai peninggalan yang ada di gua-gua gambar cadas dan peninggalan makam dalam gua.

Liang artinya lubang atau bahasa Berau luang. Kalau lubang itu jauh masuk kedalam gunung dinamakan Goa. Bahasa Dayak Ga’ai, goa disebutnya dengan Guang, apabila tidak dalam disebutnya Liang. Jadi Liang adalah lubang diatas gunung yang sulit dijangkau, di Liang itu dijadikan tempat menyimpan mayat (orang sudah meninggal/mati). Makam atau tempat meletakkan mayat di Liang itu disebut Lungun atau makam Lungun, ada pula yang menyebutnya kuburan Lungun.

Di dalam sungai Suwaran atau lebih tepatnya dihulu Sungai Suwaran ada sebuah Goa yang disebut oleh Bapak Ajab (Tokoh suku Dayak Basaf Kampung Suwaran) Liang Batu Libas. Di  Liang Batu Libas itu, jaman dahulu tempat meletakkan mayat manusia laki-laki dan Perempuan  yang sudah mati. Sdbelum dibawa ke Liang, khusus mayat laki-laki dibungkus dengan kulit kayu, diikat dengaan kuat dan kencang, baru diangkut bergotong royong dan diletakkan di Liang Batu Libas. Sedang mayat Bini-bini (wanita), mayat perempuan diberi pakaian dengan lengkap, baru diangkut ke Liang Batu Libas, dengan membawa sebuah Tempayan.  Sesampainya disana di Liang Batu Libas, mayat perempuan didudukkan seperti orang jongkok. sedangkan lututnya rapat sampai menyentuh dada. Mayat itu dimasukkan dalam Tempayan yang sudah dipotong separo bagian atasnya. Setelah didudukkan dengan pas dan rapi, mayat yang duduk didalam tempayan itu diletakkan dengan baik agar tidak jatuh atau terguling. Tempayan yang sudah dimasukkan mayat menjongkok tersebut, diletakkan di Liang Batu Libas. Oleh karena itu, apabila ditemukan Tempayan yang sudah dipotong bagian atasnya didalam goa atau liang dimanapun, berarti Tempayan tersebut adalah makam Lungun tempat meletakkan mayat Bini-bini (Wanita/Perempuan) di dalam Liang. Didalam Liang Batu Libas, menurut keterangan Bapak Ajab, mayat yang dimakamkan disana tidak kurang dari 20 (dua puluh) mayat baik laki-laki maupun bini-bini. Kemungkinan besar katanya, selain makam Lungun di Liang Batu Libas masih ada pemakaman yang lain lebih unik dan lebih tua. Hanya belum pernah dicari.

Memperhatikan keterangan Bapak Ajab tersebut diatas, ada keterputusan informasi dari generasi sebelumnya sampai kegenerasi sepantaran Pak Ajab (pak Ajab berusia 60 tahun lebih) pada masa itu. Hasil pertemuan penulis dengan pa Ajab dirumahnya di desa Suwaran pada tahun 2014. Keterputusan informasi tersebut tidak kurang dari 400 (empat ratun) tahun. Generasi masa lalu yang memakamkan keluarganya di goa atau liang diatas gunung atau ditempat yang tinggi memutus informasi kepada generasi berikutnya. Atau memang sengaja diputus agar tidak diketahui lagi oleh generasi mendatang. Seharusnya kisah-kisah itu tetap berlanjut dari generasi kegenerasi berikutnya sebagai Tradisi Lisan yang melekat dan menyatu dengan masyarakatnya.  Akhirnya mereka tidak mengetahui siapa, keturunan siapa dan apakah yang dimakamkan di liang/goa itu nenek moyang mereka. Mereka tahu dan menemukan makam dalam goa itu karena kegiatan mencari nafkah, mencari sarang burung walet. Jadi semua goa dan liang itu dimasuki para pencari sarang burung walet. Mereka menemukan jejak Prasejarah dan jejak Sejarah. Akhirnya dengan temuan-temuan tersebut, diceritakan kepada sanak keluarga. Sampai sekarang ada beberapa orang yang mengetahui arah dan letak dimana makam lungun itu berada. Mereka menemukan makam Liang itu tidak terlalu menghiraukan, hanya sekedar tau saja, sudah.

Mengapa terjadi hal seperti diatas, penulis berkeyakinan memang dirancang dan dipersiapkan oleh penjajahan Belanda semacam itu. Sebelum mereka menjejakkan kaki seutuhnya dibumi Nusantara. Mereka terlebih dahulu melakukan survei dan risert di walayah Nusantara. Yang menjadi kajian utama mereka adalah Kubudayaan serta Kekuatan dan titik Kelemahan suku bangsa yang mendiami wilayah Nusantara, termasuk kebudayaan, kekuatan Kerajaan dan rakyatnya. Apa kekuatan dan kelemahan orang-orang Nusantara dari Sabang sampai Maraoke. Terutama Kerajaan-kerajaan yang menguasai perdagangan rempah-rempah yang ada di Nusantara secara bertahap sambil berdagang membeli rempah-rempah dan kebutuhan lainnya untuk dibawa ke negeri Belanda dan Eropah. Tentulah yang diutamakan Pulau Jawa, Pulau Sumatra, Sulawesi, Maluku, Bali dan seterusnya pulau-pulau lain termasuk Kalimantan. Hasil kajian dan riset itu menjadi Pelajaran dan pedoman terbaik para pedagang yang kemudian sampai menguasai wilayah perdagangan tersebut. Salah satu upaya penjajahan Belanda adalah  memutuskan informasi itu dari generasi ke generasi. Upaya menghilangkan dan memutus pakta Sejarah. Agar generasi berikutnya kehilangan jatidiri dan kebanggaan dengan Sejarah kehebatan suku bangsanya sendiri. Selama 350 (tiga ratus lima puluh) tahun Indonesia dijajah. Suku Basaf, suku Ga’ai, suku Punan, dan suku Lebo yang ada di wilayah Berau dan suku-suku lain yang ada di Borneo diputus sejarahnya, diputus kebanggaan terhadap kehebatan suku bangsanya sendiri. Menjadi suku bangsa yang lemah dan tidak berdaya. Bayangkan saja, generasi sekarang yang ada yaitu suku Basaf di desa Suwaran, suku Ga’ai di desa Tumbit Dayak, suku Ga’ai di desa Long Lanuk, suku Ga’ai di desa Lesan Dayak, suku Lebo di desa Merabu, semua tidak tahu kuburan Lungun, makam Lungun, makam Liang itu milik siapa, dari keturunan siapa, dan sejak kapan kuburan yang masuk kata gori Cagar Budaya itu ada. Seharusnya, paling tidak ada kisah, ceritera, susuran yang menceritakan kuburan yang sangat langka itu.

Pelarangan menceritakan, menuturkan kisah kemajuan kebudayaan mereka masa lalu, menceritakan Sejarah dan kepahlawan mereka, menceritakan teknologi tradisional, menceritakan pengetahuan tradisional sangat masif dan terstruktur dilakukan oleh penjajahan Belandan, termasuk didalamnya pembodohan ilmu dan pengetahuan. Akhirnya sampai sekarang sangat sulit bahkan tidak ada informasi dari mulut kemulut tentang kapan dan siapa yang dimakamkan di Liang atau Goa-goa tersebut. Beruntungnya masih ada tokoh dan tetua adat yang bercerita dimana lokasi dan tempatnya. Seperti salah satunya yang diceritakan oleh Pak Ajab dari desa Suwaran Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2014 kepada penulis.     

Bagaimana dengan Lungun (makam di Goa) yang ada di Desa Merasa, di Pegunungan Nyapa, di Desa Merabu. Sama, mereka penduduk disana tidak tahu sejak kapan Lungun itu ada, siapa yang dikuburkan disana. Penulis berkeyakinan makam Lungun yang ada di pegunungan karst tepi Sungai Kelai dekat desa Merasa dan di Pegunungan Nyapa dekat desa Long Lanuk itu adalah makam leluhur suku Ga’ai yang sekarang mendiami desa Tumbit Dayak, Long Lanuk dan Lesan  Dayak. Makam Liang Batu Libas yang dituturkan oleh Pak Ajab, dipastikan makam Liang nenek moyang suku Basaf, sedangkan makam Liang yang ada disekitaran pegunungan karst desa Merabu adalah makam Liang suku Lebo. Suku Lebo sekarang tersebar di Desa Merabu, Desa Merapun, Desa Mapulu, Desa Panaan dan Desa Inaran. Desa Inaran sebelum dipindahkan ditempat yang sekarang ini, dulu tinggal di dalam Sungai Inaran, anak Sungai Kelai. Tetapi untuk memastikan kebenaran yang saya utarakan disini perlu dilakukan penilitian dan riset yang lebih mendalam, agar kebenaran sejatinya terungkap dengan jelas dan terang. Semoga saja segera ada peneliti yang mencari tahu fakta Makam Lungun.

Orang dulu cada (tidak) makan apa-apa, makanannya dicarinya, ujar pak Ajab bercerita. Sarang burung wallet ditunggunya sampai anaknya bakutapak (siap mau terbang) baru diambilnya. Sarangnya ditinggalkan, yang diambil anaknya untuk dimakan.

Di Gunung Pa Umbak juga ada Liang. Disana, di Liang itu di simpan mayat si Gumintir. Orang sakti dan pemberani. Waktu meninggal diceritakan terjadi panas selama 7 (tujuh) bulan. Lajut kisah Pk Ajab.

Sempat penulis tanyakan. Apakah ada pernah melihat gambar telapak tangan di goa-goa yang ada disekitaran hulu sugai Suwaran. Pak Ajab menjawab tidak pernah melihat yang seperti itu. Gambar (pra sejarah) telapak tangan dan binatang di dinding dan langit-langit gua seperti ada di gua Beloyot Merabu tidak terlihat, tetapi ujar pak Ajab “ada gambar yang digambar orang pintar seperti sekarang ini”. Gambar yang dijelaskan Pak Ajab tidak terlalu jelas, gambar apa. Apakah gambar baru, atau gambar orang dulu seperti bentuk gambar baru.

Gua Liang Batu Libas, Liang Pa Umbak dan gua-gua lainnya yang ada di hulu Sungai Suwaran perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sejak kapan manusia sudah ada disekitar gua pegunungan karts Suwaran, sejakkapan manusia dimakamkan di goa Lungun dan gambar apa yang ada  goa sebagaimana yang dijelaskan pak Ajab.

Goa atau Liang yang ada disekitar wilayah pegunungan karst Suwaran antara lain :

1.     Liang Batu libas

2.     Liang Pa Umbak

3.     Goa Petalak

4.     Goa Kenangka

5.     Goa Baliun

6.     Goa Kebayat

7.     Goa Tungkat Bahau

8.     Goa Kepaya

9.     Goa Melawang Atas

10.  Goa Melawang Bawah

11.  Goa Sallung

12.  Goa Kabulu Tutung

13.  Goa Dimpuk Tias

14.  Goa Kayak An

15.  Goa Kitata

16.  Goa Marua’

Goa Petalak adalah salah satu goa yang tembus cahaya matahari, ada lubang yang tembus pertikal didalam goa yang membuat cahaya matahari tembus dan masuk kedalam goa.

Sungai Suwaran cukup panjang, berliku-liku, dan berkelok-kelok, sepanjang sungai Suwaran tersebut ada beberapa Kiam. Kiam adalah Giram, Jeram atau air yang turunnya sangat deras, antara lain :

1.     Kiam Gudam

2.     Kiam Tugak

3.     Kiam Pantai

4.     Kiam Mangimut

5.     Kiam Panjang

6.     Kiam Samalang

7.     Kiam Batang Masin

8.     Kiam Bassar

9.     Kiam Ludek

10.  Kiam Batu Ampar

 

Keterangan Pak Ajab di Suwaran tanggal 16 Desember 2014

Hari Jumat tanggal 16 Januari 2015

Di edit dan diperbaiki ulang pada hari Sabtu, 17 Pebruari 2024

Tidak ada komentar:

Posting Komentar