PERJALANAN MENUJU GUA LUNGUN GUA PETAU GUNUNG NYAPA
KAMPUNG LONG LANUK KECAMATAN SAMBALIUNG
KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR
Sebelum merebaknya Covid19 tahun 2020-2021, Pesawat yang siap membawa wisatawan dari Balikpapan menuju Berau antara lain Pesawat Garuda, Lion/Wing air, Sriwijaya, Batik Air dan Kalstar, sampai di Bandara Kalimarau Berau. Luarbiasa ramainya wisatawan Nasional dan Mancanegara datang ke berbagai destinasi wisata Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Dimasa Covid19 anjlok total. Awal tahun 2022 hanya ada satu pesawat yaitu pesawat Wing Air yang mendarati Bandara Kalimarau Berau. Balikpapan-Berau dan Samarinda-Berau pulang pergi. Harga tiketnya sangat mahal. Itupun masyarakat Kabupaten Berau masih bisa bersyukur walaupun tiket masih mahal. Tahun 2023 baru mulai ada tambahan pesawat Batik Air yang terbang langsung dari Jakarta-Berau dan Surabaya Berau pulang pergi. Sedangkan pesawat kecil Susi Air terbang Balikpapan-Pulau Maratua, Kalimarau Berau-Pulau Maratua dan Samarinda-Pulau Maratua pulang pergi. Alhamdulilah penumpang keluar masuk Kabupaten Berau semakin ramai. Destinasi wisata Kabupaten Berau Kembali menggeliat ramai.
Mari kita mulai menelusuri perjalanan menuju destinasi wisata budaya kampung Log Lanuk Kecamatan Sambaliung. Tujuan kita selain Desa Long Lanuk yang dihuni masyarakat asli suku Dayak Ga’ai, juga kita coba berpetualang ke Kuburan Lungun, makam dalam gua di Gua Petau yang berada di pegunungan Nyapa. Dari kota Tanjung Redeb Kabupaten Berau menuju Kampung Long Lanuk melintasi Kampung Labanan, Kampung Tumbit Melayu, Kampung Tumbit Dayak dan sudah sampai di Kampung Long Lanuk. Jarak dari kota Tanjung Redeb tidak kurang dari lima puluh kilometer, berkendaraan darat ditempuh satu jam sudah sampai, atau lambat dan santai saja bisa dua jam, tergantung kecepatan dan cuaca diperjalanan. Dulu kita sebelum ada jalan tembus, sampai dipendopo selamat datang kampung Long Lanuk, lalu menyeberang ke kampung. Sekarang jalan darat melintasi kampung Tumbit Dayak, langsung sampi di Kampung Long Lanuk. Sesampai disana sebaiknya ke Kantor Desa dulu baru persiapan selanjutnya. Dikampung Long Lanuk wisatawan bisa berinteraksi langsung dengan Masyarakat suku Dayak Ga’ai.
Dari sana dari kampung Long Lanuk dilanjutkan dengan naik perahu bermesin ketinting menyusuri sungai Kelay selama kurang lebih satu jam, maka sampailah di tepi gunung karst Gunung Nyapa. Dari sana pengunjung harus berjalan kaki. Harus kuat lho…karena langsung memanjat gunung yang cukup terjal dengan batu-batu yang licin dan tajam. Pengunjung sebaiknya menggunakan sepatu karet yang ada giginya seperti sepatu bola, sepatu tersebut kuat, tidak licin, dan tidak mudah robek. Sepanjang perjalanan baik waktu memanjat maupun turun harus pakai tali dan berpegangan tali serta didampingi dua orang pemandu yang paham dengan situasi dan kondisi menuju gua Lungun. Direkomendasikan menggunakan pemandu masyarakat Kampung Long Lanuk yang paham dengan situasi dan kondisi atau medan pegunungan Nyapa.
Sampai dimuara Gua Petau langsung disuguhi dengan suasana yang berbeda. Aroma bau special gua sudah tercium menyengat dari luar, suara kelelawar yang merasa terganggu oleh kedatangan kami semakin riuh sepertinya siap-siap untuk terbang meninggalkan tempatnya. Dari muara gua sudah terlihat tiang-tiang kayu ulin yang masih berdiri, miring, dan sebagian lagi sudah rebah. Sisa tiang-tiang itu adalah bekas tiang atau tongkat rumah-rumah untuk menempatkan peti mayat yang disebut orang Dayak Ga’ai Kuwung. Masing-masing rumah kecil dalam gua yang disebut mereka Bleah itu dimasukkan satu atau dua peti mayat atau Kuwung. Karena sudah lapuk dan sebagian runtuh, peti mayatpun bergelimpangan bersama reruntuhan kayu lainnya. Disetiap peti mayat ada benda yang ditingggalkan berupa guci/tempayan, botol, panci, tempat ludah menginang (palujaan), parang, Mandau, tombak dan lain-lain.
Gua Lungun, Gua Petau dapat dimasuki sejauh kurang lebih lima puluh meter, semakin kedalam semakin gelap. Oleh karena itu masuk kedalam gua harus menggunakan penerangan yang bagus dan baik seperti senter atau lampu lainnya. Kalau tidak, maka tidak bisa masuk dalam gua yang gelap gulita tersebut. Di langit-langit gua disarangi ribuan kelelawar, kotoran kelelawar menumpuk didasar gua, wisatawan yang masuk, berdiri dan berjalan diatas tumpukan kotoran kelelawar yang banyak ulatnya. Kotoran kelelawar itu masuk kerumah tempat menyimpan peti mayat yang disebut Dayak Ga’ai dengan Bleah, kotoran kelelawar memenuhi peti mayat atau Kuung juga. Sebagian besar Kuung rusak dan hancur termakan waktu dan dipenuhi kotoran kelelawar dan hancur.
Dibagian dalam Gua Petau, sebagian besar Bleah masih utuh, demikian juga dengan Kuung masih terlihat utuh. Berbeda dengan dibagian muara, Bleah dan Kuung pada umumnya sudah rusak, runtuh dan hancur dimakan usia dan ditindis kotoran kelelawar, sedangkan peti mayat (Kuung) sebagian sudah hancur dan rusak dimakan waktu.
1. Temuan satu
2. Temuan dua
3. Temuan tiga dan seterusnya
Tidak kurang dari 20 (dua puluh) buah bleah dan kuung yang ada didalam Gua Petau. Sebagian beasar sudah hancur, tinggal beberapa buah yang masih utuh berada dipojok bagian paling dalam Gua Petau. Semoga yang masih utuh itu tetap bertahan sebagai bukti Sejarah 300-400 tahun yang lalu. Dipedalaman Sungai Kelai, di Gunung Nyapa kampung/desa Long Lanuk benar ada Kuburan Lungun dan masih bisa disaksikan sampai sekarang. Itu semua membuktikan bahwa Teknologi Tradisional dan Pengetahuan Tradisional suku Ga’ai yang disebut orang Berau suku Dayak Sagai’ sudah patut diperhitungkan pada masanya kisaran tahun 1400- 1500 Masehi yang lalu.
Setelah masuk dalam gua Petau yang penuh dengan pemakaman itu, pengujung boleh masuk ke gua lain yang tidak jauh dari gua Petau yaitu Gua Lebo. Untuk sampai kemuara gua Lebo harus bergelantungan dengan tali dan harus dibantu pemandu. Dalam Gua Lebo’, dasarnya langsung turun terjal kebawah sedalam dua puluh meter lebih. Didasarnya ada sungai dengan air yang mengalir. Disekitar sungai itu banyak sarang burung wallet putih, sedangkan dibagian luar dekat muara banyak sarang wallet hitam yang disebut sarang lumut.
Selain perjalanan menuju gua Lungun, pengunjung juga bisa menikmati keindahan alam pegunungan karst Gunung Nyapa yang sangat indah dan masih perawan. Traveling menyususri punggung gunung Nyapa sambil menikmati keindahan alam, dengan berbagai jenis pohon, berbagai jenis tumbuhan dibatu, berbagai jenis anggrek, berbagai jenis tumbuhan keladi, berbagai jenis tumbuhan pakis, berbagai jenis tumbuhan merambat. Masih ada lagi, dipegunungan Nyapa juga tempat hidup dan berkembangnya puluhan jenis primata, tempat hidup dan berkembangnya puluhan jenis binatang melata, berbagai jenis tupai pohon dan tupai tanah, tempat hidup dan berkembangnya puluhan jenis unggas, pelanduk (kancil), kijang (menjangan), Payau (rusa), banteng, rimaung daan (macan dahan), kucing hutan, kukang, beruang, dan ayam hutan.
Biaya perjalanan menggunakan mobil terhitung satu hari Rp. 1.000.000, dilanjutkan dengan naik perahu ketinting biaya Rp 300.000 bisa naik empat orang, dan pemandu Rp. 100.000 per-orang per-hari (hitungan satu hari = satu jam sampai delapan jam). Tapi untuk diketahui itu harga dulu,harga lama, bisa saja sekarang sudah berubah. Silahkan negosiasi dulu. Pastikan harga sewa mobil pulang pergi dari Bandara Kalimarau atau kota Tanjung Redeb menuju desa Long Lanuk pulang pergi. Sesampai di kampung, bernegosiasi dengan Masyarakat kampung berapa harga sewa perahu ketinting pulang pergi dan pemandu perhari. Tidak mahal kok, anda kalua sudah sampai di Gua Petau pasti puas dan terbayar semua Lelah dan biaya yang dikeluarkan.
Berau dengan sejuta pesona dan sejuta keindahan. Ayo tamasya ke Kabupaten Berau, jalan-jalan ke Gua Petau di Gunung Nyapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar