PATUNG BUDHA DI GUNUNG MASIGIT
Oleh : Saprudin Ithur
Kisah patung Budha di Gunung Masigit adalah sebuah legenda yang sangat unik dan menarik yang harus diketahui semua masyarakat Indonesis, terhusus masyarakat Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Terceritalah sebuah kisah yang sangat unik dan melegenda, yaitu munculnya patung berbentuk Patung Buddha Duduk, patung ini muncul kadang terlihat kecil kira-kira seukuran lengan orang dewasa, kadang-kadang sangat besar bahkan besarnya setinggi manusia dewasa berdiri. Kejadian ini berada di Gunung Masigit. Gunung Masigit berada di sungai Lati. Gunung Masigit terletak tidak jauh dari muara sungai Lati. Sungai Lati adalah salah satu anak sungai Berau atau Sungai Kuran. Begitu masuk sungai Lati, disebelah kiri sungai nampak gunung pertama yang ditemukan, tidak jauh dari jembatan Sungai Lati, itulah yang dikenal dengan nama Gunung Masigit.
Pada zaman dahulu di gunung itu berdiri sebuah Mesjid, dalam bahasa Berau asli disebutnya Masigit. Kemudian hari proses perpindahan dan pergerakan pemukiman manusia. Masigit yang terbuat dari kayu itu tidak ada lagi, karena hancur termakan waktu dan tempat itu menjadi hutan belantara kembali.
Nah di lokasi itulah ditemukan patung Buddha yang sangat unik, aneh dan gaib, seperti dijelaskan di atas. Patung Budha itu beberapa kali muncul secara gaib, kadang-kadang kelihatan. Orang yang sangat beruntung saja yang berkesempatan melihat secara langsung patung Budha itu. Beberapa kali dicoba oleh masyarakat sekitar untuk menyelamatkan patung tersebut, tetapi sampai sekarang belum bisa diambil, karena memang patung Budha itu muncul secara gaib dan menghilang kembali. Patung Budha itu terlihat selalu berada di puncak Gunung Masigit atau di sekitar sekeliling Gunung itu. Ketika ada orang mencari Damar, mencari rotan atau mencari kayu disana melihat ada sebuah patung Buddha, ada yang melihat patungnya kecil ada yang melihat patung Budha itu besar. Kemudian menghilang secara gaib.
Sekitar 5 tahun yang lalu ada salah satu penduduk Merancang Ulu yang membuka kebun disekitar Gunung Masigit. Menebas dan membersihkan tempat itu. Tiba-tiba ia menemukan Patung Budha yang sangat legendaris tersebut. Patung yang ditemukan sebesar lengan orang dewasa. Lalu ia ambil dan dibungkusnya dengan baju yang dipakainya. Tujuannya agar patung itu tidak hilang secara gaib dan waktu pulang nanti patung itu diambilnya dan dibawa pulang. Patung yang dibungkusnya itu diletakkan dibawah pohon yang paling besar dan rindang. Agar saat pulang nanti mudah terlihat. Tetapi apa yang terjadi, sangat mengejutkan. Ketika diambil patungnya sudah tidak ada lagi, sedang baju pembungkus patung masih ada dan utuh. Atas kejadian itu dikisahkan di desa Merancang Ulu. Maka hebohlah, patung Budha di gunung Masigit sudah ditemukan, tetapi menghilang kembali secara gaib. Jadi memang benar patung Budha di Gunung Masigit itu adalah Patung Budha yang gaib.
Disekitar Gunung Masigit itu masih ada kisah lain yang juga sangat menakjubkan yaitu kisah Batu Pagar. Batu kuno yang ditancap keliling berbentuk kotak seperti pagar dan ada sebagian yang belum tertancap. Ukuran besar batu kuno itu kurang lenih 15x15 Centimeter, panjang sekitar 1 meter dan 2 meter. Batu itu mirip seperti batu nisan yang ada di sekitar makam Kuda di Pulau Derawan, makam tua di hilir dekat Jembatan Sambaliung, dan makam tua di Desa Merancang Ulu.
Bagi masyatakat yang ingin berkunjung kesana, mohon menghubungi tokoh masyarakat atau ketua adat (pa Syahran atau Pengulu) Merancang Ulu melalui kontor Kepala Kampung. Agar lokasi tetap terjaga, aman dan lestari. Dan tidak terjadi pengrusakan situs bersejah.
Selain itu, Makam Raja Pertama Berau, Baddit Dipattung dengan gelar Adji Soerya NataKasoema juga berada di desa Merancang Ulu. Serta Batu Legendaris Sebesar bola voli berukir alamiah namanya "Batu Si Kuntum Tak Lamun" juga berada dan tersimpan dengan baik di desa Merancang Ulu.
Demikian, apabila ada kekurangan atau ketidakjelasan dalam tulisan saya ini, mohon maaf.
Informan : Ketua Adat Merancang Ulu Bapak Syahran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar