GUA PESAI SENGUK DI GUNUNG LONG DEM
Batu karts (pegunungan batu kapur) di pegunungan Nyapa sangat
eksotis, luar biasa dan menakjubkan. Ketinggian gunungnya juga boleh bersaing,
sampai 1.500 meter diatas permukaan laut. Ditambah dengan berbagai tantangan
yang harus dilintasi, dengan terengan gunung sangat terjal, curam dengan
batu-batu yang sangat tajam dan putus-putus. Tetapi ini adalah sebuah tantangan
bagi penyuka daerah ketinggian dan ekstrim, yang harus didaki dan harus di
capai. Begitu mencapai tujuan lelah, capek ketika mendaki hilang seketika.
Salah satu gunung dipegunungan Nyapa Kampung Long Lanuk
Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau adalah gunung Long Dem. Menuju Gunung Long
Dem dari kota Tanjung Redeb ditempuh selama 1 jam dengan menggunakan mobil,
dari kampung Long Lanuk menuju gunung Long Dem dtempuh selama 45 menit dengan
menggunakan perahu bermesin ketinting. Gunung Long Dem berada masih dihilir
gunung Batu Belah yang menjorok kesungai Kelay, 20 menit lagi baru sampai disana.
Kaki gunung Long Dem tidak jauh dari tepi sungai Kelay. Waw ketika mendaki,
mulai dari tepi sungai Kelay samap kepuncak hutannya benar-benar masih perawan.
Hutannya masih lebat, rapat dengan hiasan pohon-pohon besar yang menjulang tinggi,
tanpa basa basi langsung mendaki. Daerah itu sangat bagus untuk obyek
pengambilan gambar dan berfoto di alam terbuka bagi fotografer profesional.
Memanjat digunung Long Dem selama 1 jam 15 menit sudah sampai
di muara gua PESAI SENGUK. gua tempat pemakaman manusia tempo dulu sekisar 100
sampai 400 tahun yang lalu. Di gua Pesai Senguk masih meninggalkan rumah-rumah
tempat meletakkan peti mati yang disebut orang Dayak Ga'ai dengan Bleah, dan
masih meninggalkan peti mati atau peti mayat yang dikenal dengan nama Kuung,
serta banyak meninggalkn perkakas pertukangan, dayung atau Pesai, dan banyak peralatan
lain seperti pecahan guci, pecahan botol, peralatan tempat penginangan, beberapa
jenis kuningan, dan yang paling seram masih ada beberapa tengkorak kepala dan
tulang paha manusia tersisa yang belum hancur dimakan waktu.
Bleah dan Kuung yang terbuat dari kayu ulin masih terlihat
utuh, sedangkan Kuung yang terbuat dari kayu biasa sebagian besar sudah lapuk
dimakan usia. Pada ujung Kuung ada ukiran seperti manusia menempel menyatu
dengan Kuung bermotif binatang seperti monyet, uat-uat, dan naga, namanya Tiang
Keeh. Tiang Keeh berfungsi untuk membawa roh mereka naik keatas. Itu semua
adalah lambang atau symbol orang yang berpengaruh dan punya jabatan dikampung
pada masa itu. Setelah roh sampai diatas menyatu dengan para Dewa sang
pencipta.
Nama Gua Pesai Senguk berasal dari kata Pesai artinya Dayung,
dan Senguk artinya Ukiran. Jadi Pesai Senguk dimaknai sebagai Dayung Ber-ukir.
Dayung berukir itu diletakkan di muara gua, sebagai penunggu muara gua. Oleh
karena itu nama Guanya adalah Gua Pesai Senguk.
Muara Gua Pesai Senguk tidak lebar, masuk harus merunduk,
bagi yang berbadan sedikit besar harus merangkak seperti bayi dan harus
hati-hati. Dilangit-langit muara gua ada stalaknid yang menjuntai menjulur
seperti lidah, menutup gua. Sedikit masuk kedalam kita harus merangkak dibawah
Bleah yang terbuat dari ulin, diatas bleah itu diletakkan Kuung atau peti mayat.
Setelah masuk sepuluh meter kedalam gua, gua lebih luas, ruang gua lebih lebar,
beberapa orang ditempat itu bisa berdiri tegak. Didalam gua itu tidak kurang
ada 10 makam lungun, sebelum rusak makam lungun tersebut tersusun dengan rapi
dari dalam sampai dimuara gua.
Gua Pesai Senguk adalah salah satu gua yang sempit dan kecil.
Muara gua tidak tampak dari kejauhan, hanya sebongkah batu besar yang terlihat
dengan jelas dari kejauhan. Dibawah bongkahan batu besar itulah muara gua Pesai
Senguk berada. Yang mengagumkan dan diluar nalar manusia biasa adalah waktu
mereka melakukan pemakaman diketinggian lebih 500 meter, didalam gua yang
sempit, jauh, berada digunung, batu tajam, terjal, dan hutan belantara itu.
Membawa balok ulin ukuran 5 x 10 centi meter panjang 1 sampai 2 meter dan papan
ulin 3 x 23 centi meter panjang 2 meter yang dijadikan bahan untuk membuat
rumah-rumah untuk meletakkan Kuung, kemudian mengangkut Kuung yang terbuat dari
batang ulin yang ditatah dan dilubangi seperti membuat perahu kano, beratnya
mencapai seratus sampai dua ratus kilogram, dilanjutkan dengan mengangkut mayat
yang sudah terbujur kaku kedalam gua, pasti dilakukan oleh orang-orang ahli dan
berpengalaman, dilakukan banyak orang
dan ber hari-hari.
Selama ratusan tahun masyarakat Dayak tidak berani masuk kedalam
gua makam Lungun, menurut kepercayaan mereka sangat tabu, tidak boleh
sembarangan. Karena makam lungun adalah makam para Raja, para tokoh, para orang
kaya, dan orang terhormat. Makam lungun adalah makam para leluhur suku Dayak
yang sangat dihormati. Orang biasa tidak dimakamkan disana, di gua, digunung yang
sangat tinggi dan sulit dicapai, tetapi ditempat-tempat biasa atau ditanah.
Yang sangat menyedihkan adalah banyaknya tangan jahil dan
pencuri barang antik pada decade tahun 80-an sampai tahun 90-an, mereka
merusak, membalik Kuung, merobohkan bangunan Bleah, mengambil barang para leluhur didalam Kuung,
mengambil tengkorat manusia, rambut dan lain-lain. Untunglah masih ada yang
tersisa, walaupun tidak banyak lagi. Kita doakan saja mereka para pencuri
tersebut semoga dilaknak oleh Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah merusak dan
mencuri barang peninggalan, dan tengkorak mayat didalam Lungun tersebut. Para
pencuri itu tidak sedikitpun ada rasa hormat atau menghormati makam para leluhur yang ada di
liang, gua dan lain-lain. Kalau mereka tidak mencurinya, tentu sampai saat ini
masih dapat kita saksikan seluruh isi gua Makam Lungun beserta barang-barang
antiknya. Para penjarah dan pencuri itu adalah orang dari luar kampung, untuk
kepentingan sesaat, untuk mendapatkan uang yang tidak seberapa rela mengambil
dan merusak makam Lungun yang seharusnya diabadikan sepanjang jaman. Tempat itu
(Makam Lungun) bisa dijadikan tempat penelitian, penelusuran sejarah,
pembuktian kemajuan dunia pertukangan, kemajuan ekonomi, ilmu pengetahuan yang didukung dengan gunung karts yang
eksotik, dan hutan yang tumbuh di batu-batu karts.
Peninggalan yang tersisa harus kita jaga bersama, kita rawat
bersama, kita populerkan bersama. Kita juga bangga memiliki Makam Lungun atau
makam dalam gua nenek moyang tempo dulu. Apabila ada pencurian lagi segera
laporkan kepada yang berwajib dalam hal ini Polisi Republik Indonesia, agar
pelakunya dihukum seberat-beratnya karena sudah melanggar Undang-Undang
Republik Indonesia No 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Kampung Long Lanuk
sebagai pemilik wilayah terdekat berkewajiban menjaga dan melestarikan wilayah Pegunungan
Nyapa sebaik mungkin dengan didukung oleh seluruh masyarakat Kabupaten Berua.
Sejarah Berau membuktikn bahwa manusia yang tinggal dan
mendiami wilayah Berau sudah memiliki peradaban yang sangat maju. Mendiami wilayah
ini dengan peradaban yang sudah maju sejak 500 tahun yang lalu, dibuktikan
dengan penggunaan alat perkakas pertukangan yang mereka miliki untuk membelah
dan menatah (menarah) kayu ulin yang sangat kuat dan keras. Dan melubangi
balok-balok ulin itu untuk menyatukan rangkaian bentuk rumah didalam gua yang
sempit dan tinggi diatas gunung batu tajam dan terjal. Belum ada bukti ditempat
itu mereka menggunakan paku atau sejenisnya untuk menyatukan rangkaian rumah
Bleah tempat Kuung diletakkan.
Sebelum berdirinya kerajaan Berau pada tahun 1400 atau
sekitar 600 ratus tahun lalu dapat dipastikan ditepi-tepi sungai Kelay dan tepi
sungai Segah dan anak-anak sungainya sudah didiami manusia yang kita kenal
dengan suku Dayak, kemudian pada masa pemerintahan kerajaan Sriwijaya (Melayu)
menyebarkan orang-orangnya diseluruh wilayah kekuasaan, termasuk diwilayah
Berayu. Setelah Kerajaan Sriwijaya runtuh, Orang-orang Melayu tersebut dikemudian
hari mendirikan pemerintahan sendiri yang merdeka dan berdaulat, termasuk
mendirikan Kerajaan Berayu atau Kerajaan Berau di sungai Lati dengan raja
pertamanya Adji Soerya Natakesoema.
Sedangkan peninggalan sejarah lainnya yg lebih tua adalah Gambar
Cadas, gambar telapak tangan dan gambar binatang yang ditinggalkan manusia lebih
10.000 tahun yang lalu di gua Beloyot dan gua Abu di Kampung Merabu Kecamatan
Kelay Kabupaten Berau dan beberapa gua di wilayah Bengalon Kabupaten Kutai
Timur. Aku terus terang semakin mengenal Kabupaten Berau lebih dalam, aku
semakin cinta dengan daerah ini. Mari kita berdoa dengan dibukanya Destinasi
Wisata Sejarah Makam Lungun dipegunungan Nyapa ini menjadikan masyarakat Berau
semakin Bangga terhadap daerahnya dan mampu mensejahterakan masyarakat
sekitarnya. Amin…..
Ayo Tamasya Ke Kampung Long Lanuk, menelusuri sungai Kelay
sampai ke Gua Lungun di Gua Petau dan Gua Pesai Senguk di Pegunungan Nyapa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar